Kelekap

1 0 0
                                    

Satu persatu tiap ujung syarafku meremang
Memandang indah saat gaunmu kau tanggalkan
Tak bosan aku memandang punggungmu yang tenang
Yang disana adalah muara kasih dalam ketiadaan

Putih pucat warna tubuhmu
Telanjang
Seperti ibu bumi, alamku
Hutan yang rindang
Dalam dekap sendumu terenyak aku sesaat waktu
Menikmati desir nafsu ditiap senti nadiku yang menegang

Lalu kita bercinta
Seakan sebagai suatu penolakan terhadap dunia
Sebuah kenyataan akan cinta tanpa logika
Kini aku terjerembab dihadapan dosa yang fana

Lalu jika ada seseorang yang menghujat kita
Akan cara kita mencumbu waktu
Maka aku tak lagi ragu
Karena kitalah yang lebih tabah dibanding mereka
Kita rela menjadi sepasang angsa hitam
Dalam dunia yang begitu muram
Kita berusaha memancing gairah dalam jiwa
Dengan setiap sentuhan yang setan menari disana

Peluklah aku yang kini telah telanjang, sayang
Kembalilah dan rasakan setiap ketabahanku yang melebihi tabah sang ratu adil
Telusuri setiap diri ini yang jalang
Yang tak seorangpun pernah membuaiku dan berhasil
Basuhlah luka sepi pada diri
Dengan ciumanmu yang basah dan hitam itu kata mereka
Tapi dalam cinta, hanya ciumanlah yang hendak menjadi penolong saat sejoli terkelekap sepi
Dan kita bercinta

Keringat mencucur
Hasrat ini masih tersalur pada setiap sulur inderaku
Bibirku; berusaha mencari ketiadaan dikedalaman rasamu yang hancur
Dan aku tenggelam dalam dadamu
Indah dan indah

Kumasuki setiap apa yang bisa kusesapi
Kucumbu setiap apa yang telah terjadi
Maka, kasihku
Inilah aku yang setia menahan peri
Sebelum kau datang menahan setia coba yang aku sendiri entah tiada sanggup menanggung itu

Keindahan adalah kamu yang dengan kasih bercinta dengan pendosa
Mengangkat setiap nestapa padaku dengan kaubiarkan aku bertapa di ketiadaan garbamu
Sucimu telah terenggut
Dan aku tak peduli

Hendaknya aku tak bisa menahanmu jauh lebih lama
Sesaat adalah abadi
Dan aku hanyalah titah yang fana
Kedalam jiwa sucimu, aku terbawa

Kesetian
Dalam kemuraman
Hingga bisa mencumbumu setiap malam
Adalah caraku menjalani cinta yang legam
Dalam cinta, aku tak meragukan apapun
Meski setiap kau telanjang, aku tertegun

Hendaknya aku tak bisa menahanmu jauh lebih lama
Sesaat adalah abadi
Dan aku hanyalah titah yang fana
Kedalam jiwa sucimu, aku terbawa

Kelak nanti kau pergi
Biarlah waktu yang melipur laraku
Larasati abadi
Sekarang, dan saat nanti aku benar-benar mati

Tapi biarlah cerita kita yang tak normal ini
Setiap cinta, sebelum perpisahan
Akan menjadi tanda, bahwa cinta hanyalah menyoal nafsu dan gairah
Proses mengingat sebelum kita telah benar-benar lupa

09:50, 12 Desember '15
A. T. H. Pamuji

ObscuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang