Repetisi Ulang Lagi
Berderak cemara meliuk liar pada rinai suntuk awan cendawan itu
Meliat daun-daun itu berguguran jatuh
Mengisi antara ruang kosong yang hampa hampir petang
Dengar jiwa singgah remah rebah berceceran sedalam panjang selokan
Menuju ujung sudut malamnya gelapLalu makhluk kecil dibalik semak itu meninggi
Bercericip sejenak sebelum kembali merintih rangkai tangis
Pada dahan dedalu
Bersama elok runtuhnya gugusan kasih kawan
Seolah hanya mereka mengerti
Apa maksud abadi
Melenyap lebur kalbu duniawi
Menyusup bulu duri jantung ke mata kaki
Sesalkan tak lagi berhina diri dengan artiIa berdiri
Setiba menyeringai kelam pada wahyu-wahyu tak sampai rumah
Meriak air muka penuh dendam
Menerawang awang menggurat asa
Berurai mata senja lalu karam
Tenggelam
Tenggelam jauh kepada kalam bergemintang kelamSejenak riang ia melirih
Pedih mencuat dari buih bercuping
Perih tak terperi
Sendiri meratapi keibaan nurani dalam dilematis rohani
Bersiap malas menyambut pagi terjadi sekali lagi00:51, 31 Desember '15
A. T. H. Pamuji
KAMU SEDANG MEMBACA
Obscura
Poésie"Dan biarlah nanti, dengan bait-bait suciku, Aku mengenang-Mu Sebagai salah satu cara pengkudusanku akan dosa-Mu"