Kemarin kelopakmu
Jatuh
Hanya satu
Memang satu tak terlalu mengganggu
Tapi satu dari kelopakmu adalah martabatmuKau indah memang
Tak layak rasaku menempel pada harum semerbak surgawi tubuhmu
Ini baru tubuhmu
Belum kelopak atau benang sarimu
Atau mahkotamuAku jengah sendiri
Melihat mereka seenaknya memetikmu
Mencabut indahnya sosokmu hanya untuk perlambang cinta dan kasih?
Cinta?
Persetan cinta dengan dikorbankannya dirimu
Hanya demi terlampiaskannya nafsu hewani manusiaManusia? Manusia hanyalah binatang dengan bentuk agak baik
Memiliki akal tapi tak lebih pandai dariku
Maka saat mereka petik indahmu
Sengaja aku gores tangan lalai akan rasa syukur mereka
Biar berdarah
Biar mereka lelah
Biar mereka henti ganggu bulan madu kitaSebelum kelopak kedua
Ketiga dan hingga mahkotamu gugur
Aku ingin sampaikan
Mungkin aku tak berguna
Apa hakku
Apa dayaku
Menasehati indah dirimu yang tiada pernah kukagumi selain kamuMawar
Kau indah
Tapi indahmu sementara
Gunakan keindahanmu dengan bijak, dengan cara apa yang kau kira itu bisa mewakilkan sebuah kasih
Tanpa mempertanyakan secara muskil
Apa yang hendak dimaksudkan angin ketika hembusnya mengoyak indahmu
Siapa sangka saat itu?Tapi aku bersedia disini
Aku seperti adam yang turun untuk mengisi
Kekosangan bumi
Jika Adam adalah seserpih bagian surga di dunia
Maka aku adalah sebagian dari nikmat surga yang dengan terpaksa berupa duriKarena indah tak selalu indah jika sia sia
Dan buruk tak selalu buruk jika bergunaHarummu mewangi seberbak terpercik angin surgawi
Janganlah indah
Jika sia sia21:28, 27 November '15
Untuk Sahabatku, Fandini P
KAMU SEDANG MEMBACA
Obscura
Poesia"Dan biarlah nanti, dengan bait-bait suciku, Aku mengenang-Mu Sebagai salah satu cara pengkudusanku akan dosa-Mu"