No Name

2 0 0
                                    

Ada manusia yang mampu menyelami mata
Menuju relung hati dan jiwa
Menerka-nerka yang haram diterka
Bodoh otaknya
Namun pandai hatinya

Kebodohan mana yang mulia ataupun hina?
Diskripsi itu tak ada dalam otak manusia
Hanya ada dalam buku panduan malaikat
Yang diserahkan langsung oleh pencipta
Yang dibumbui oleh iktikat dahsyat
Dimana hanya ia jawabannya

Ini ceritaku
Sambil aku duduk
Menikmati secangkir pekatnya kopi
Aku menerkamu
Bisa kau menerkaku?
Sebenarnya ini bukan aku
Aku yang asli
Aku yang di kolong meja
Aku yang di kolong kursi
Aku yang di kolong ranjang

Dengan sebilah pisau penghianatan
Dan penghakiman yang masih melekat
Rasa sakit
Rasa hina dari mereka
Masih setia mencumbuiku

Dan, anjing
Itulah sebutan, disematkan padaku bagi mereka yang menyerah memahamiku
Suara dengung muram, deru tasbih sesat pada bibirku
Melumat orientasi dan dogma persepsi hina
Mereka takut
Mereka takut terbawa kalut
Jika masih terdapat tepian sunyi
Disanalah aku terjadi

Kata demi kata meronta pada bibir
Menikung jalan takdir terwakili bait dan kail pada jeruji bui nalar
Tersanglut dan tersungkur memahami jiwa malam
Mencekan lolongan serigala mengaum kesakitan

Tak dapat kau mengerti
Jika kata yang berontak masih memicu anestesi indria mu
Tak sanggup kau rengkuh setitik nadir padaku
Lelahmu menunggu berlayarnya rembulanku

Aku ada sebuah kotak
Aku hidup daripadanya
Kotak petak pesakitan, kau anggap aku sakit
Padalah hanya beda persepsi
Paradigma aku ludahi, tak berlaku meski hanya dalam ujung kuku hidupku

Lalu apa yang hendak dikekalkan pada kesamaan
Adalah kita terlahir pada beda setiap jiwa
Hina terjungkal demi persamaan
Terkubur pada norma susila yang Adam pun tak mengenalnya

Perbedaan adalah keberanian, tetapi terpaksa untuk disamakan adalah pengkhianatan
Kemunafikan

Tertatih hingga terkapar kau paksa aku sembunyi
Aku tak lelah meski terperi
Menyibak setiap rahasia akar pebukitan
Mencabuti setiap uban pada kepala bumi
Lalu berlari pada gorong-gorong sepi
Aku hanyut, tersesapi sepi dan menjadi satu
Beranakkan sunyi penuh duri

A. T. H. Pamuji & Cassanova Timur

ObscuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang