Chapter 2

22.6K 1.2K 73
                                    

Aku berlari kepayahan menghindari kejaran ular besar di belakangku. Aku ingin berteriak, tapi suaraku tak mau keluar. Aku semakin kalap dan tenagaku semakin melemah. Jalanku melambat dan kakiku berat. Merasa putus asa, aku berhenti dan berbalik kebelakang. Kulihat sang ular bergerak semakin dekat. Pasrah, aku memilih untuk memejamkan mata dan membiarkannya melahapku.

"Ayank..." panggil sebuah suara yang sangat kukenal dengan lembut.

"Ayah..??" ucapku kaget melihat Adit ada didepanku. 

Kemana larinya ular tadi? Kenapa yang muncul malah Adit?

"Ay...." Panggilnya lagi dan tersenyum manis padaku. Dia tetap ditempat sambil membuka lengannya lebar menyambutku. 

Aku berjalan kearahnya dan tanpa ragu aku langsung memeluknya. Aditpun membalas rangkulanku dengan eratnya.

"Hehehe...." Terdengar suara tawa Adit yang merdu ditelingaku. Tapi suara tawa itu semakin menjauh.

Tiba-tiba Adit sudah berada diatas kereta kuda yang berjalan semakin menjauhiku.

"Ayank.....!!!" panggilnya lirih, tapi aku masih bisa mendengarnya.

"Ayah...!!! Ay.....!!!" seruku dan berlari mengejarnya. Tapi jangankan berlari, untuk jalanpun kakiku terasa sangat berat.

"Ay.....!!!" panggilku tak mau menyerah. 

Dia hilang. Aku berjalan sendirian mencarinya. Tanpa terasa airmataku mengalir dan aku menangis sesenggukan.

"Ayah....!!! ay...!!!" panggilku lirih. Perlahan aku terbangun dengan mata sembab dan masih sesenggukan.

"Ay...!!" gumamku lirih sambil menghapus aliran air mata di pipiku.

Cuma mimpi!!!

Sungguh mimpi yang sangat tidak menyenangkan.

Aku takut!!!

Dari dulu, setiap kali aku memimpikan orang yang kucintai, mereka pasti sedang dalam kondisi yang kurang menyenangkan. Entah itu sakit, susah, atau sedang dalam masalah besar. Refleks, kuraih ponselku. Jam 1:43. Tak ada balasan dari Adit. Dia sudah tidur gak ya jam segini?

'Dah tidur ay?' sampai 3 menit, tak ada balasan darinya. Nih anak kalo dah tidur emang suka ngebo.

'Ay...???'

Selang 5 menit, aku kembali mengirim pesan padanya.

'Ay, dah tidur ya?'

Masih tak ada balasan.

'Aku telpon ya..?'

Kucoba menghubunginya. Sampai 3 kali miscall, dia tak kunjung mengangkatnya juga. Sudah 1 jam lebih aku terjaga. Aku tak bisa tidur lagi. Pikiranku terlalu kacau. Kucoba mengisi waktu dengan sholat malam. Tapi tetap saja aku tak bisa tenang. Akhirnya kuputuskan untuk rebahan sambil berdzikir. Seiring lafadz Allah yang ku ucapkan, nama Adit pun turut terucap dalam hatiku.

"Sedang apa kamu ay..???" setengah sadar aku mengeluh pelan.

Aku terbangun karena bunyi alarm diponselku yang berarti ini sudah jam 4:50 pagi. Segera kumatikan alarm hapeku dan kulihat dilayar masih kosong. Tak ada satu pesanpun yang masuk dari Adit. Lagi-lagi aku menghembuskan nafas berat, kecewa.

"Ada apa denganmu ay..??? Apa pertanyaanku mengganggumu..???" gumamku lemah.

****

Ini sudah hari ketujuh tak ada kabar apapun dari Adit. Aku merasa hampa. Semua kegiatan dan ucapan yang keluar dari mulutku seakan tak bernyawa. Hatiku kebas. Yang ada diotak dan mataku hanya Adit, Adit dan Adit. Mungkin sebentar lagi aku akan menjadi gila. Aku terus mengirim pesan di ponsel dan FBnya.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang