Chapter 19

8.6K 733 18
                                    

Aku tak tau. Ini petaka, musibah, bencana atau ini justru berkah buatku. Ayah Mas Candra beserta istrinya, Mbak Asty beserta suami dan anaknya, dan Mas Yudi...?? Ada seorang wanita paruh baya yang kutaksir adalah istrinya. Ada sepasang suami istri yang juga seumuran Pak Surya -ayah Mas Candra- yang kutaksir adalah orang tua almarhumah Mbak Ratna. Dan satu orang pria remaja yang membuatku melongo seperti orang idiot. Jantungku seakan berdesir melihatnya.

BAGAIMANA BISA KAMU ADA DISINI?? Seandainya bisa berteriak, itulah kalimat yang ingin aku lontarkan padanya.

Dia terus mengulas senyum padaku. Bukannya terpesona, aku justru ingin menendangnya keluar dari rumah ini.

"Ga..." panggil Mas Candra lirih.

Spontan aku tersadar kalau dari tadi kami-aku dan cowok tadi- terus berpandangan. Aku tersenyum kaku pada Mas Candra. Sepertinya dia kurang suka dengan sikapku tadi, terbukti dari raut wajahnya yang terkesan kaku.

"Dari mana Ndra..?"

"Dari mana Mas...?" sapa ayah Mas Candra dan remaja tadi hampir bersamaan yang membuatku dan beberapa yang lain melihatnya.

Yang diperhatikan malah cengengesan tanpa dosa.

"Dari jalan-jalan." jawab Mas Candra datar.

"Dek Yoga juga tinggal disini ya?" tanya Mas Yudi yang lagi-lagi membuat kami semua menujukan pandangan kepadanya.

"Kok Mas Yudi kenal sama Yoga?" tanya Mbak Asty langsung.

"Kita sempat ketemu di Bandara." jawab Mas Yudi sambil tersenyum kearah Mbak Asty. "Iya kan dek Yoga?" serunya meminta dukungan.

"Iya Mas." jawabku pelan dengan senyum yang sangat di paksakan.

"Maaf menunggu, sudah lama datangnya?" tanya Mas Candra menghampiri mereka.

"Mas Rahmat datang dari tadi sore." jawab pak Surya sambil menerima sungkeman dari Mas Candra. "Kamu gak ada dirumah. Ditelpon juga gak aktif nomernya. Makanya kami kemari sekalian ngumpul bareng. Kamu dari mana?"

"Liburan, Yah. Ke Lamongan." jawab Mas Candra tersenyum sungkan dan bergilir sungkem pada ibunya, Pak Rahmat -menurutku orang yang dimaksud ayah Mas Candra adalah ayah dari Mbak Ratna- dan istrinya. Disusul salaman ke Mas Yudi dan istrinya kemudian sama remaja cecunguk satu itu. Entah kenapa, aku masih saja dendam padanya sampai sekarang?

"Wah, ke Lamongan kok gak ajak-ajak? Kan bisa bareng-bareng tadi, mumpung liburan. hahahaha...." canda Pak Rahmat pada Mas Candra. "Kok gak dikenalin temennya, nak?"

"Oh iya....." jawab Mas Candra salah tingkah.

"Ga..." panggil Mas Candra memintaku mendekat. "Kenalkan, oni orang tua istriku Pak Rahmat dan Bu Lastri."

Aku menatap Mas Candra bingung. Tanganku sibuk menggendong Ichal. Bagaimana bisa aku sungkem pada mereka? Seolah mengerti kebingunganku, Mas Candra mengambil Ichal dari gendonganku. Dari sudut mataku, aku tau semua yang ada diruangan ini tengah memperhatikan kami, dan itu membuatku kembali menciut.

Dengan senyum terbaikku, aku sungkem pada mereka berdua bergantian.

"Nak Yoga asli mana?" tanya bu Lastri kalem.

"Jember bu." jawabku halus. Bu Lastri dan Pak Rahmat tersenyum lembut. Semoga mereka tidak menganggapku aneh.

"Kamu sudah kenal Mas Yudi kan?" seru Mas Candra melanjutkan. "Ini istri Mas Yudi, Mbak Dewi." aku berlanjut menyalami Mas Yudi dan istrinya.

"Dan ini....." seru Mas Candra menggantung.

Aku menatap lagi anak lelaki yang juga tengah menatapku tersebut. Lagi-lagi seringaian tanpa dosa itu kembali menghiasi wajahnya. Aku benar-benar ingin memukul wajah innocentnya itu.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang