Chapter 31

7.8K 611 16
                                    

Candra Pov.

"Bagaimana?" tanya ayah padaku yang hendak masuk mobil.

"Apanya, Yah?" tanyaku balik bingung.

"Anak itu. Ada perkembangan?"

Ayah mengernyit heran melihatku yang mengulum senyum sebentar di susul wajah lesuku.

"Ada apa?" tanya beliau lagi.

"Yoga sedang menemui temannya." jawabku sedikit berbohong.

"Lalu senyum itu?" tanya ayah menuding ke arah bibirku.

"Apa?" tanyaku tak mampu menyembunyikan kegembiraanku.

Sejak malam itu, aku semakin sulit mengontrol diriku. Entah karena terlalu lama sendiri sehingga aku kurang mampu menahan ledakan gairah saat bersama Yoga atau memang karena aku menyukainya? Yang jelas, aku senang sekali bisa mengungkapkan perasaanku padanya.

Tak ku pungkiri, aku sungguh-sungguh jatuh cinta padanya. Suatu hal yang tak pernah kubayangkan akan kurasakan, tapi toh aku merasakan getaran cinta itu padanya.

"Ndra?" tegur ayah menyadarkanku.

"Huh?" tanyaku sedikit bingung. Detik berikutnya, senyumku kembali terkembang. "Kami...." jawabku malu plus sungkan.

"Oh...." reaksi ayah seolah paham. "Sejauh mana?"

Aku tak mampu menjawabnya. Kepalaku tertunduk dan wajahku memerah karena malu. Detik berikutnya, ayah meraih pundakku dan ditepuknya.

"Jangan sampai salah jalan. Ayah percaya padamu."

Aku tetap tertunduk tak mampu menjawab.

"Hati-hati di jalan."

"Iya, Yah." jawabku singkat dan segera masuk ke mobil. Ichal sudah tertidur lelap di kursi belakang. Tiba-tiba aku teringat Yoga. Biasanya kami selalu pergi bertiga. Aneh rasanya? Kenapa hatiku sedikit sakit mengingatnya.

****

Lagi-lagi aku merasa aneh. Sepanjang perjalanan, aku selalu berpapasan dengan mobil ambulance yang lalu lalang. Sesampainya di rumah, aku tak mendapati Yoga.

'Apakah dia belum pulang?'

Ku baringkan Ichal dan kuselimuti dia. Lagi-lagi aku terbayang senyum Yoga yang tengah terbaring di samping Ichal. Sepertinya aku sudah mulai gila. Ku putuskan untuk mandi dan ganti baju dulu. Aku akan menunggu Yoga untuk makan bersama.

****

Ini terlalu lama. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10:33 malam. Kemana dia?

'Apakah? enggak... Yoga takkan berpaling dariku. Dia mencintaiku. Aku harus yakin itu. Tapi ini terlalu lama....!!!'

Kucoba menghubungi nomernya. Mati? Kenapa mati?

Yoga... Ada apa?

Aku benar-benar gelisah. Tak biasanya dia mematikan ponselnya kalau sedang keluar. Kenapa aku jadi gelisah begini? Padahal belum sehari aku berpisah dengannya, tapi rasanya aku rindu sekali padanya. Aku ingin mendekapnya saat ini.

Apakah dia pergi?

Tidak! Yoga sudah berjanji akan memberitahuku dulu sebelum dia pergi. Walaupun aku sudah meyakinkan diriku kalau dia tidak pergi, kakiku tetap saja melangkah menuju kamarnya untuk memastikannya.

Aku bernafas lega waktu menemukan tumpukan bajunya masih utuh di lemari. Kamarnya rapi. Dia memang anak yang bersihan. Ku sempatkan diriku duduk di ranjangnya. Sambil mengingatnya, kutelusuri seprai bermotif kartun winnie the pooh miliknya.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang