Chapter 33

8.9K 656 32
                                    

"Kak! Kakak gak berhak mencampuri urusanku." seru suara Mas Candra lantang.

'Ada apa ini?' batinku penasaran.

"Mau sampai kapan kamu menyimpan anak itu?!" bentak sebuah suara yang kutau itu suara Mbak Asty. Kenapa jam segini mereka ada dirumah?

"Menyimpan?! Ucapan kakak benar-benar keterlaluan. Dia salah apa sampai kakak begitu membencinya?!"

"Dia hanya aib buat kamu Ndra. Buat keluarga kita!"

"Dia tinggal bersamaku."

"Tapi tetap saja prasangka orang akhirnya menjalar pada keluarga kita!"

"Kak..." suara Mas Candra memelas, semakin mendekat ke kamar Ichal tempatku beristirahat.

Aku bersandar di dinding dekat pintu. Penglihatanku sudah mulai membaik. Tapi kacamataku hilang, sehingga aku sedikit kesulitan untuk melihat dengan jelas.

"Dia sedang sakit kak..."

"Halah, alasan!!" elak Mbak Asty yang juga semakin dekat. Bodohnya, aku malah berdiri mematung ditempatku.

"Bukankah dia sudah berjanji untuk pergi dari sini begitu sekolahnya selesai?"

"Apa maksud kakak?!" tanya Mas Candra mencegah Mbak Asty yang hendak membuka pintu kamar.

"Bukankah dia disini untuk numpang tinggal dan makan gratis selama dia sekolah?! Kalau sekolahnya sudah selesai, kenapa dia masih tetap disini?!"

"Kakak bicara apa padanya?" tanya mas Candra dingin.

"Gak ada." elak mbak Asty santai. "Aku cuma mau memastikan atas dasar apa dia bisa tinggal disini dan mau sampai kapan dia terus disini."

"Kakak gak berhak mencampuri urusanku!!" tegas mas Candra dingin. "Ini rumahku. Kakak gak berhak memaksakan kehendak kakak disini!!"

"Tapi kamu adikku. Aku gak mau kamu sampai terlena dengan sikapnya yang seperti perempuan itu!"

"Dia tidak seperti itu." sahut Mas Candra dengan memberi penekanan pada setiap katanya. "Dia anak yang baik. Kakak hanya tidak tau itu."

"Aku heran sama kamu Ndra. Kenapa sih kamu selalu belain dia? Apa jangan-jangan kamu..."

"Apa?!!" tantang Mas Candra dingin.

"Kamu!!" umpat Mbak Asty dan langsung membuka pintu. "Aku gak ak...." ucapannya terputus saat dia melihatku.

Mataku mengabur karena genangan air mataku. Aku menatapnya tanpa bisa bicara sepatah katapun. Dadaku rasanya sesak sekali. Mas Candra juga terdiam saat melihatku.

"Maaf..." ucapku dengan suara berat.

"Kamu!!" umpat mbak Asty dan meraih lengan bajuku. "Harusnya kamu berterima kasih atas kebaikan adikku padamu, tapi kenapa kamu selalu saja membuat masalah!!"

"Maaf...." isakku lemah.

"Masalah?" sela mas Candra dingin. "Masalah apa? Yoga gak pernah punya masalah disini."

"Kamu tau!!! Orang-orang kantor selalu berkasak kusuk tentang pimpinannya yang menyimpan seorang Banci dirumahnya!"

Hatiku sakit mendengar sebutannya padaku.

"Jalan-jalan bertiga seperti layaknya keluarga bahagia. Kamu gak tau betapa sakit dan malunya kakak mendengar gosip-gosip itu?!"

Pandangan Mbak Asty kembali padaku. "Kalau kamu masih punya rasa terima kasih, sebaiknya kamu cepat pergi dari sini!!"

Aku benar-benar hancur. Aku menghancurkan semuanya. Mas Candra dan keluarganya. Semuanya hancur karena kehadiranku.

"Heyyy!!!" bentaknya dan mencengkeram lenganku. "Kamu itu laki-laki atau memang Banci? Kenapa cuma nangis aja dari tadi??"

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang