"Mas, bangun. Udah siang." seruku pelan sambil menepuk kecil lengannya.
Tak lama Mas Candra menggeliat dan membuka mata.
"Jam berapa, Ga?"
"Dua belas Mas."
Tak ada jawaban darinya. Mas Candra hanya mengusap wajahnya pelan dan segera bangkit.
"Aku udah siapin handuk sama bajunya. Mas belum ganti baju dari semalam kan? Maaf aku lancang mengambil baju dari tas kamu di mobil."
"Gak papa, Ga." ucapnya seraya mengecup keningku. "Aku juga punya persediaan baju di lemari. Baju kamu juga aku simpan di situ." sambungnya lirih sedikit tersipu.
Sejauh itukah Mas Candra peduli padaku?
"Kamu masak?" tanyanya yang pasti mencium baru telur dadar.
"Iya Mas. Kamu belum makan kan?"
"Hmmmm..." desahnya memeluk tubuhku. "Makan dulu atau mandi ya?" gumamnya pelan.
"Mandi dulu lah Mas. Itu keringat udah numpuk deh keknya? Hahaha..."
"Aku mau makan dulu aja. Dan aku mau disuapin kamu."
Ku lepas rangkulannya dan kuangkat alis jengah mendengar ucapannya. Gak Ichal gak ayahnya, sama saja. Mentang-mentang jarang ketemu, mereka selalu manja padaku. Mas Candra mengeluarkan jurus mautnya setiap kali melihat ekspresi kurang suka di wajahku. Tentu saja aku tertawa pelan dan mencubit hidungnya melihat bibir manyun nan menggemaskan itu berhasil menggodaku.
**
Tok... Tok... Tok...
"Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam," jawabku menyibakkan sedikit tirai samping pintu. "Ichal... bagaimana kamu bisa tau kakak di sini?" tanyaku spontan setelah membuka pintu.
Ichal meraih tanganku untuk diciumnya kemudian memelukku erat.
"Ayah yang memberi alamat kakak."
"Baru pulang sekolah kamu?" tanyaku yang mendapati Ichal masih mengenakan seragam sekolahnya.
"Iya kak."
"Itu sepeda motor siapa?" tanyaku saat melihat sepeda motor matic nangkring dengan tenang di depan rumah.
"Sepeda motorku." sahutnya sambil nyengir kuda. "Ichal gak mau diantar jemput terus. Ngeliat temen-temen ke sekolah naik sepeda motor sepertinya enak juga. Lebih cepat dan gak perlu terjebak macet."
Aku hanya bisa menghela nafas pelan mendengar penuturannya.
"Yaudah. Ayo masuk."
"Sebenarnya ayah gak mau memberitahu dimana tempat tinggal kakak. Tapi karena belakangan ayah sering keluar kota dan jarang bisa di rumah, ayah ngasih alamat kakak dan minta Ichal buat jenguk kakak beberapa hari sekali. Jangankan beberapa hari, tiap hari Ichal di suruh ke sini juga Ichal bakalan melakukannya dengan senang hati. Apalagi bisa tinggal terus sama kakak."
"Heeeyyyyy...!!!!" seruku menghentikan celotehannya. "Jangan asal kalau ngomong itu! Mama kamu pasti gak suka kalau dia tau hal itu."
"Gak bakal kak. Lagian mama kan lagi sibuk ama adek kecil."
"Apa?" tanyaku kurang yakin dengan apa yang aku pikirkan. "Jadi kamu udah punya adek? Cewek apa cowok, Chal?" tanyaku antusias.
Mas Candra punya anak lagi. Walaupun itu bukan anakku, aku tetap ikut bahagia mendengar kabar ini.
"Cewek kak. Lucu banget." jawab Ichal terlihat senang.
"Wah, kamu udah punya temen dong di rumah. Kakak jadi pengen ke sana," dan ucapanku sontak terhenti saat aku ingat Mbak Asty dan keluarga yang lain. Sepertinya bukan ide yang bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You
Romance⚫Another Repost Gay Story ⚫Original Writer : @chi_lung ⚫Don't like don't read ⚫LGBT HATERS GO AWAY!