Chapter 21

9.3K 706 28
                                    

"Eh, lo Fan." seruku saat membukakan pintu depan.

"Ayo masuk." ucapku mempersilahkan.

"Duduk dulu. Gue buatin minum ya." seruku dan langsung menuju dapur.

"Siapa Ga?" tanya bi Atik yang sedang sibuk membuat sayur sop.

"Reffan bi." sahutku singkat.

"Oh," reaksinya biasa. "Eh, Ga. Kamu sama Reffan sudah kenal lama ya? Kok kamu berani banget bersikap gak sopan gitu sama dia."

"Lama banget bik. Cuma baru ketemu lagi sekarang. Reffan sih sudah kebal digituin. Dia malah gak punya sopan santun sama sekali kalo datang ke kosan Yoga dulu." jelasku emosional.

"Yoga ke depan dulu ya." pamitku setelah selesai membuat es sirup rasa jeruk satu gelas dan ketaruh diatas nampan plastik kecil.

"Gak kerja lo Fan?" tanyaku saat memasuki ruang tamu dimana Reffan tengah duduk manis disana.

"Enggak." jawabnya singkat dan ...

"Ayo di minum." seruku mempersilahkan.

"Iya, terima kasih." jawabnya sopan.

Dari sini aku sudah mulai berpikir lain tentang anak yang duduk di depanku saat ini. Sepertinya Reffan menangkap kediamanku. Dia hanya tersenyum manis saat mendapatiku tengah menatapnya sambil mengerutkan dahi.

"Kenapa Ga?" tanyanya sopan masih dengan senyum tersungging di bibirnya.

"Raffa...." ucapku seakan tercekat. Entah kenapa, saat ini aku jadi gelisah? Kenapa lagi-lagi aku terlambat menyadarinya.

Pria yang ada di hadapanku ini hanya tersenyum simpul sambil terus menghabiskan minumnya. Jantungku kembali berdebar keras dan menatapnya tak percaya.

"Kamu ada kegiatan hari ini?" tanya anak yang kuyakini adalah Raffa itu dengan santainya.

Aku terdiam tak langsung menjawabnya. Aku masih kagok menghadapinya.

"Ga..." panggilnya menyadarkanku.

"Eh.. Iya?" jawabku seolah kaget.

Lagi-lagi dia tersenyum geli. Benar, senyumnya dan Reffan memang berbeda.

"Kamu ada kegiatan gak hari ini?" tanyanya lagi.

"Gak ada." jawabku singkat dan pelan.

"Mau pergi denganku?" tanyanya sambil meletakkan gelas minuman yang isinya sudah habis diteguknya yang terkesan meminta.

"Kemana?" tanyaku ragu.

Raffa mengangkat bahu.

"Entahlah? Jalan aja." jawabnya acuh.

Aku diam sejenak, berpikir.

"Tunggu sebentar." ucapku dan beranjak pergi.

Aku menuju dapur tempat bik Atik sedang sibuk memasak.

"Bik!" panggilku pelan setelah berada disampingnya. "Yoga mau pergi dengan Raffa. Nanti kalau Ichal atau Mas Candra tanyain Yoga, bilang aja Yoga keluar."

"Raffa?" tanya bik atik bingung.

"Iya bik, ternyata yang datang bukan Reffan tapi Raffa."

Bik Atik hanya mengangguk seolah paham.

"Yoga pergi dulu ya bik. Maaf gak bisa bantuin masak." ucapku lagi-lagi sungkan.

Akhir-akhir ini aku sering banget absen bantu bik Atik masak dan ngurus rumah. Semoga beliau tidak marah padaku.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang