Chapter 17

9.9K 748 7
                                    

Candra Pov.

"Terserah keputusan apa yang akan kamu ambil nanti Ndra! Ayah hanya gak mau kamu menyesal dan kecewa." Tiba-tiba ucapan ayah terngiang lagi di telingaku.

"Ikut denganku!!" Yoga sedikit terperanjat dengan spontanitasku.

"Ada apa Mas?" tanya Yoga setelah dia masuk kamarku.

"Apa gak bisa di tunda dulu perginya?"

Lama Yoga terdiam. Entah itu mencerna maksud ucapanku, menenangkan diri atau dia tak tau harus menjawab apa? Yang jelas kediamannya selalu membuatku kesal.

"Ga!!!"

"Untuk apa?" sahutnya balik nanya.

Kini giliran aku yang terdiam.

'Untuk apa?'

Yoga yang semula duduk di ranjang sambil menatapku yang tengah berdiri bersandarkan lemari pakaian dengan nanar, beranjak dari tempatnya dan hendak keluar kamar. Saat Yoga hendak meraih gagang pintu, aku menahannya. Ku peluk dia dari belakang.

"Mas...?!!" tegur Yoga sedikit kaget.

"Aku gak ingin kamu pergi." kulingkarkan lenganku di leher dan pinggangnya.

Lama kami terdiam. Entah perasaan apa ini?? Aku sudah sering memeluknya saat dia menangis dan saat kita tidur bersama. Tapi saat ini. Seperti ada yang lain. Ada sensasi lain saat aku merangkulnya dari belakang dengan posisi sama-sama berdiri seperti ini.

"Aku ingin kamu tinggal lebih lama lagi disini." gumamku dan meraih tubuhnya semakin ketat denganku.

Lagi-lagi kami terdiam. Dan aku merasakannya. Tubuh Yoga gemetar hebat dalam dekapanku. Kepalanya sedikit menunduk.

Dan jantungnya.....

Jantungnya berpacu semakin keras seiring jalannya waktu.

Apa dia gugup?

Apa ini berarti..?

Apa Yoga kembali merasakan getaran itu saat di dekatku??

"Ga..." aku berbisik di telinganya.

Dia tetap menunduk. Tapi detak jantungnya seakan mengatakan apa yang sedang terjadi padanya.

Yoga masih saja menunduk. Tak sabar, kulepas rangkulanku dan ku balikkan tubuhnya menghadapku. Tapi dia tetap saja menunduk.

Aku tak tau apa yang terjadi padaku? Tapi saat merasakan detak jantungnya yang kuat dan getaran tubuhnya, hatiku seakan membuncah. Seolah ada perasaan bangga dan senang dalam hatiku. Rasa bangga dan gairah yang membuatku ingin tersenyum selebar-lebarnya. Mungkin kedengarannya kolot, tapi aku senang sekali. Aku merasa dia mulai menyukaiku lagi. Aku kembali membuatnya gugup di dekatku.

"Ga...!!" panggilku lagi dengan senyum yang tak bisa kutahan.

****

Yoga Pov.

Seiring jalannya waktu, kebersamaanku dengan Mas Candra membuatku sering memikirkannya.

Bagaimana tidak?

Hampir tiap malam dia mengajak kami tidur bertiga dan dia selalu saja mengajakku ngobrol sebelum tidur. Aku sempat kaget dengan ungkapannya kalau masa kecilnya kurang menyenangkan.

Malam itu, dia menceritakan bagaimana kehidupannya saat kecil dulu. Satu-satunya anak laki-laki dari tiga bersaudara, sedangkan dia anak bungsu. Kakak-kakak perempuannya bisa bermain bersama, tapi setiap Mas Candra ingin bergabung, mereka selalu menolak dan pergi meninggalkannya. Mau main keluar juga dia kurang bisa berbaur dengan teman sebayanya karena dia termasuk anak orang berada. Padahal orang tua Mas Candra tak pernah pilih-pilih, asal tidak melakukan hal-hal negatif, Mas Candra bebas berteman dengan siapa saja. Tapi orang tua teman sebaya Mas Candra yang kurang nyaman dengan perbedaan mereka.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang