Because of You : Choose 3

8K 632 19
                                    

Seolah tahu isi hatiku yang tak ingin tinggal di rumahnya, Mas Candra memarkir mobilnya di sebuah rumah kecil tapi toh terlihat indah dan terawat. Taman Tiara. Ini yang kubaca saat kami memasuki areal perumahan di daerah pusat kota Sidoarjo.

"Rumah siapa, Mas?" tanyaku sebelum Mas Candra sempat keluar dari mobil.

"Rumahmu." jawabnya singkat dan meraih gagang pintu.

Kuraih pergelangan tangannya segera.

"Jangan bercanda Mas!"

"Apakah kamu menangkap kesan itu di wajahku?" jawabnya datar.

Sepanjang jalan Mas Candra jarang mengobrol denganku. Dia lebih fokus pada jalan dan pikirannya sendiri. Aku tak ingin mengusik apapun yang tengah dipikirkannya. Aku tahu Mas Candra jauh lebih mengerti apa penyelesaian yang tepat atas setiap permasalahannya.

Lama tak kunjung keluar, Mas Candra mengitari mobil dan membuka pintu sebelahku.

"Apa kamu gak capek duduk terus di situ?" tegurnya mengulurkan tangan padaku.

Dengan tololnya akupun menerima uluran tangan itu dan keluar dari mobil. Aku hanya bisa diam dan mengikutinya masuk ke dalam ruangan yang masih minim perabotan itu. Hanya ada satu stel kursi sofa di ruangan yang kulihat jadi satu dengan dapur, dua kamar kecil dengan salah satunya sudah terisi sebuah spring bed dan alamari kayu membuat ruangan itu nampak penuh, satu ruang lagi dibiarkan kosong, terakhir ada sebuah kamar mandi di samping dapur minimalis itu.

Saat kubuka pintu belakang, ada sebuah halaman yang berukuran sedang yang kukira bisa dipakai untuk taman dan tempat menjemur pakaian. Ku itari rumah kecil ini dengan ekspresi kosong, terlalu bingung untuk mencerna semua dan ucapan apa yang bisa ku utarakan.

Aku sedikit berjingkat saat Mas Candra memelukku dari belakang.

"Aku tak ingin kamu berpikir macam-macam, Ga." desahnya pelan di telingaku. "Aku sudah lama memikirkannya. Rumah ini sudah enam tahun tak pernah berpenghuni. Ini rumahmu. Aku membelinya sebelum kamu pergi meninggalkanku. Aku sempat berpikir apakah kamu akan mengira ini motif perselingkuhan, maka dari itu aku tak pernah mengatakan tentang rumah ini kepadamu. Aku tak ingin kamu berpikir negatif akan pemberianku."

Perlahan Mas Candra menggiringku ke kamar yang sudah terisi di sebelahku. Sedikit terperangah saat aku mendapati foto kami bertiga saat di WBL enam tahun silam. Hatiku berdesir. Tanpa terasa, sebulir air hangat menetes di pipiku. Betapa aku merindukan masa-masa itu. Masa dimana kami bertiga bisa merasakan kehangatan dan keceriaan tanpa memikirkan hal lainnya.

"Setiap kali aku rindu padamu, aku selalu pulang ke sini dan menatap foto kita bertiga. Kenangan terindah dalam hidupku. Hidup kita." ucap Mas Candra mempererat pelukannya. "Sudah saatnya aku menyerahkan rumah ini pada pemiliknya. Kamu."

"Tapi..." selaku sedikit tercekat.

"Jangan menolaknya, Ga. Ini rumahmu. Sudah dari awal ini menjadi milikmu."

"Mas..."

Mas Candra kembali mempererat pelukannya.

"Aku tak akan mengganggumu. Aku tamu di sini. Jadi kamu bisa menerima kedatanganku atau menolakku. Aku akan menerima apapun itu."

"Jangan bicara seperti itu!" sergahku membalikkan badan menghadapnya.

Kulihat raut kelelahan di wajah pria yang selalu mengisi ruang hatiku itu. Dia belum istirahat ataupun tidur semalaman. Ku usap lembut kantung mata dan pipinya.

"Mas tahu aku tak pernah bisa menolakmu. Hanya saja, ini terlalu banyak untukku."

Ditangkapnya jemariku yang masih menempel di pipinya.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang