Because of You : Choose (Final Ending)

20.3K 1K 455
                                    

CANDRA SIDE

Aku tak ubahnya seperti anak kecil. Marah karena hal yang bukan murni kesalahannya. Enggan menemuinya dan ingin dia menghubungiku lebih dulu. Aku sangat merindukannya. Sebulan tak melihatnya sangat mengacaukanku. Aku rindu senyumnya. Aku rindu kecupannya. Aku rindu pelukannya.

Terkadang aku merasa sangat bersalah pada Reny atas semua sikap acuhku. Tak seharusnya dia jadi korban atas perasaanku. Dan mungkin tak seharusnya aku menikah dengannya. Reny seolah hanya sebagai formalitas saja bagi hidup sosialku karena kehidupan pribadiku hanya dipenuhi Yoga.

Bagaimana keadaannya? Sedang apa dia sekarang? Apakah dia juga merindukanku?

Ichal juga tak pernah menegurku. Apakah dia masih sering menjenguknya? Kenapa Yoga tak menitipkan salam untukku?

Kak Asty. Dia sudah tau keberadaan Yoga. Dan bagaimana dia bisa mengenal Bayu? Orang satu itu benar-benar membuatku muak. Kalau bukan karena keluargaku, aku pasti akan membawa Yoga pergi dari sini. Lebih baik aku hidup bertiga dengannya dan anakku. Ichal pasti dengan senang hati menyetujuinya. Tapi semua hanya angan belaka. Pada kenyataannya, aku tak bisa berbuat apaapa.

"AYAAAAAHHHH!!!" teriak Ichal saat memasuki ruang kerjaku.

"Ada apa? Kenapa kamu kemari?!!" tanyaku sedikit emosi karena dikagetkan olehnya.

"Kakak hilang, Yah. Dia tak ada di rumah." aku terduduk lesu di kursiku.

'Dia pergi. Lagi.'

"Ayo cari dia Yah! AYO!!" serunya menarik tanganku.

"Kemana, Chal. Biarkan saja kak Yoga pergi." jawabku pasrah.

"Ichal yakin kakak diculik orang, Yah. Rumahnya terbuka. Tetangganya bilang kakak di seret orang masuk mobil dan dibawa pergi. Ayo, Yah! Cari kakak, Yah!"

'Bayu! Pasti dia yang membawanya.'

Aku langsung berdiri dan keluar kantor.

"San, aku keluar dulu. Handle semua urusan kantor. Kalo kak Asty datang, bilang aku keluar sebentar." seruku lantang pada Hasan, asistenku dan bergegas pergi.

"Apa yang terjadi, Yah? Kenapa ayah tak pernah menjenguk kakak lagi? Ayah juga sering murung belakangan ini." tanya Ichal beruntun.

"Nggak ada apa-apa, Chal. Ayah hanya sedang banyak pikiran." elakku berusaha bersikap tenang.

"Apa ayah tahu kalau waktu itu kakak di perlakukan tidak senonoh oleh seorang laki-laki?"

"Apa? Apa Bayu yang melakukannya?"

"Bayu? Kenapa ayah berpikir kalau itu dia?" agak lama Ichal kembali menatapku. "Apakah Bayu juga tahu dimana kakak tinggal? Jawab, Yah!!"

Aku hanya mengangguk kecil menjawabnya.

"Kakak!" desahnya. "Jadi karena itu dia terlihat ketakutan." dengan cepat Ichal meremas pundakku. "Kita harus mencarinya, Yah! Ichal gak mau terjadi apa-apa pada kakak."

"Iya, Chal. Kita pasti bisa menemukannya." jawabku menenangkannya.

'Yoga! Bodohnya aku telah mendiamkanmu.'

"Percuma, Yah. Kakak gak akan mengangkatnya. Ichal sudah menelponnya dari tadi, tapi tetap tak diangkat." seru Ichal yang melihatku mencari nomer telpon Yoga.

"Sebaiknya kita lapor polisi saja, Yah! Ichal gak mau kakak kenapa-napa."

"Tenang, Chal. Kak Yoga pasti baik-baik saja."

"Bagaimana kalau dia terluka, Yah? Ichal ingin memastikan keadaannya."

"ICHAL, TENANG!!!" terpaksa aku membentaknya karena kepalaku makin pusing mendengar ketakutannya. "Kita pasti menemukannya! Ichal berdoa saja!"

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang