Chapter 24

8.7K 699 54
                                    

"Justru aku yang seharusnya tanya, apa yang kamu lakukan?" tanya dia balik.

Posisi Mas Candra yang memepetku ke dinding membuatku mengejang. Dia masih mencengkeram pergelangan tanganku.

"A-aku cuma mau m-me-ngajak Mas ma-kan bareng," jawabku memalingkan muka.

Tuhan... Godaan ini menyiksaku.

"Ma-af Ma-s... Aku gak tau kalo M.. m-as ..." aku tak bisa meneruskan kalimatku saking malunya. Wajahku pasti seperti udang rebus sekarang.

"Aku apa?" desahnya menatapku intes.

"M-mas... ak-ku keluar aja..." lututku rasanya mau lepas.

Jantungku berdegup bak genderang perang. Telingaku berdenging. Kaki dan tanganku gemetaran hebat.

"M-mas please..." desahku mengiba.

Bukannya segera keluar, aku malah merosot kelantai saat Mas Candra melepaskanku.

"Kamu gak papa Ga?" tanya Mas Candra terdengar kaget.

"Gak... gak papa Mas." kupejamkan mataku supaya aku tak menyaksikan pemandangan yang tak seharusnya kulihat.

Mas Candra memegang lenganku dan membantuku berdiri.

"Kamu kenapa Ga? Kok gemetaran gitu?"

"Gak papa Mas..." elakku masih terpejam. Aku harus konsentrasi menata reaksi tubuhku yang berlebihan ini. Salah langkah.

Saat aku membuka mata, Mas Candra tengah menatapku sambil tersenyum geli. Wajah kami terpaut tak sampai 30 centi dan itu situasi panas buatku. Aku bisa merasakan nafasnya saat dia mendengus geli padaku.

"Sudah enakan?" tanyanya setengah meledek.

Tak ada yang bisa kulakukan kecuali menundukkan wajahku yang kembali memerah.

"Ichal menunggu diruang makan. Aku gak tau kalo..." kusensor ucapanku. "Maaf..."

"Selamat ya..."

Entah aku yang salah tangkap atau apa? Kenapa dia justru mengucapkan selamat padaku? Oh iya, aku kan baru di wisuda. Ucapan selamat darinya memang diiringi senyuman, tapi entah kenapa aku menangkap kegetiran dalam suaranya.

"Makasih Mas..." ucapku lirih. "Mas mau mandi kan?" aku juga baru sadar kalau aku belum mandi. Ugh... memalukan.

"Kalau begitu, aku keluar dulu."

"Mau mandi bareng?"

Deg.. Mampus gue.

Ini pasti candaan. Tapi tetap saja, aku terkena perangkapnya. Tak pelak, aku langsung menunduk semakin dalam saking malunya.

"M-m-maaf Mas..."

"Kenapa?"

"Aku keluar aja."

Mas Candra memoyongkan bibirnya persis seperti Ichal. Menggemaskan.

"Kalo Ichal yang minta, kamu pasti mandiin. Kalau aku yang minta, kamu mau gak?"

'Aaaarrrgghhh.... Gurauanmu menyesatkanku Mas...' Ingin sekali kuteriakkan kalimat itu padanya.

"Jangan bercanda Mas! Aku keluar." mukaku pasti sudah gak karu-karuan saking malunya.

"Ga...." panggil Mas Candra pelan, kembali meraih lenganku yang hendak keluar.

"Selamat ya..." lagi-lagi dia mengucapkannya lirih dan aku kembali menangkap kesan pilu dalam nada suaranya.

Mas Candra mengecup keningku dan mengusap rambutku lembut. Sungguh situasi yang tidak tepat. Dia mengecupku dalam keadaan topless seperti itu?? Pasti otakku bakalan error malam ini.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang