Chapter 16

9.7K 778 13
                                    

Yoga Pov.

Setelah malam itu, Mas Candra jadi sering kali mengajak kami tidur bertiga di kamar Ichal.

Ichal...?? Jangan tanya!!  Dia senang sekali kami bisa tidur bareng dengannya. Dia jadi tambah rame dan suka bercerita ini itu padaku dan Mas Candra.

Bulan ini, aku lebih banyak di rumah karena aku tak lagi punya jadwal kursus. Hanya tinggal menunggu waktu wisuda. Belakangan, Mas Candra dan Ichal pun tak perlu repot-repot keluar rumah untuk sekedar potong rambut. Kapanpun mereka mau, aku akan selalu siap membantu menata rambut mereka. Apalagi Ichal. Dia bahkan sering kali jadi objek percobaanku.

Kalau di rasa potongan rambutnya sesuai dengan keinginannya, dia pasti bakal tertawa puas dan memuji-muji ketampanannya. Tapi kalau sudah gak suka dengan model rambut yang kusarankan, wajahnya langsung muram dan terus-menerus dilipat seperti kain kusut sampai aku memperbaikinya.

Mas Candra pun jadi sering memperlakukanku dengan lebih intim. Suka tersenyum manis padaku, mengusap lembut rambutku saat dia hendak berangkat kerja dan merangkulku saat tidur bersama, padahal kami sedang ngobrol bertiga dan itu artinya Ichal melihat apa yang di lakukannya.

"Iya kak. Apalagi saat Danu lihat potongan rambut Ichal yang baru, dia suka kesal dan nyindir. Potongan Ichal gak panteslah atau Ichal keliatan jeleklah dengan model rambut kayak gini. Padahal temen-temen Ichal yang lain selalu muji kalau model rambut Ichal suka berubah-ubah dan keliatan keren, hahahaha....." celoteh Ichal lancar sambil tersenyum lebar.

"Pasti kamu langsung besar kepala tiapkali ada temen cewek kamu yang muji?" godaku geli.

Ichal bangkit dari tidurnya dan duduk bersila.

"Pasti dong....!!! Lagipula, Ichal memang tampan kan?"

"Huuuu..... dasar kepedean. Sama kayak ayahnya." sindirku sambil melirik sedikit ke Mas Candra yang menyimak obrolan kami sambil memeluk erat pinggangku.

"Ayah kok peluk-peluk kak Yoga sih? Kayak orang pacaran aja?" tanya Ichal polos sambil menatap kami bingung.

Aku langsung meraih pergelangan Mas Candra dan melepaskannya.

"Eeeehhh.... Kamu kok udah ngerti orang pacaran sih??" sangkalku sedikit gelagapan.

"Yaaa.... Kan orang pacaran itu saling rangkul-rangkulan seperti ayah dan kakak."

Oh Tuhan. Betapa perilaku dan wawasan anak kecil jaman sekarang sudah sangat jauh berbeda dengaan orang jaman dulu. Waktu aku masih kecil, aku masih suka mandi bareng teman-teman cewekku. Tapi anak sekarang, masih kecil sudah tau arti pacaran dan cinta-cintaan. Parah!!

"Orang temenan berpelukan juga kan, Chal?" seru Mas Candra santai dan kembali melingkarkan tangannya kepinggangku. Ingin sekali aku melepasnya, tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku jadi semakin susah lepas darinya.

Kulihat Ichal membuka mulutnya meresapi ucapan ayahnya. Kelihatan kalau dia sedang berusaha membenarkan opini ayahnya yang ngaco itu.

"Jadi Ichal juga boleh dong Yah ngerangkul kak Yoga?" tanya Ichal pada ayahnya.

Dan sejurus kemudian dia langsung menghambur ke celah antara aku dan Mas Candra yang mau tak mau membuat Mas Candra harus melepas rangkulannya. Aku tertawa puas melihat ekspresi Mas Candra yang kurang senang dengan kejadian ini.

"Malam ini Ichal mau tidur di tengah aja, supaya bisa dirangkul sama kakak dan ayah." gumam Ichal sambil tersenyum bergantian padaku dan Mas Candra.

Lama kami bertiga terdiam. Aku dan Mas Candra seakan larut dengan pikiran masing-masing.

"Kok kakak sama ayah pada diem sih? Ichal jadi ngantuk nih..." gerutu Ichal pelan setelah menguap kecil.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang