Chapter 10

11.6K 876 20
                                    

"Ayo Chal..."

"Gak mau kak!!"

"Ayolah.... Minum obatnya dong..." pintaku memelas.

"Gimana kamu mau sembuh kalo kamu gak mau minum obat?" aku hampir putus asa membujuknya untuk minum obat.

Karena cuaca yang tak menentu, membuat banyak orang mudah terserang penyakit. Angin kencang dan panas terik membawa banyak virus. Tak cuma Ichal yang sakit, anak-anak bik Atik juga pada jatuh sakit. Makanya beliau ijin pulang sudah hampir seminggu ini untuk mengurus mereka.

Sedangkan aku?? Aku sibuk mengurus Ichal yang ambruk karena tertular teman sekolahnya yang kena flu. Jadi, kursusku untuk sementara aku liburkan dulu sampai Ichal merasa baikan. Lagipula tidak ada yang menjaganya kalau aku tetap pergi kursus, sedangkan bik Atik belum pasti kapan kembali dan Mas Candra harus tetap bekerja.

"Mau ditambah gak gulanya? Biar gak kerasa pahitnya." bujukku lagi.

"Tetep aja gak enak." enyelnya kukuh.

"Kalo enak bukan obat namanya Ichaaaaal....." sengaja kupanjangkan vocal A saat menyebut namanya saking sebelnya.

"Kamu boleh minta apa aja deh ke kakak, asal kamu mau minum obatnya sampe sembuh."

"Bener kak?? Apa aja?" tegasnya memastikan.

Kenapa aku malah menawarkan permintaan padanya? Semoga saja Ichal tak meminta yang aneh-aneh.

'Nyesel deh udah asal bicara.'

"Iya...." jawabku pelan dan pasrah.

"Tapi Ichal belum ada permintaan. Jadi ditunda dulu ya." tuturnya dengan suara sengau sambil nyengir menggemaskan.

Ugh....!!!! Semoga aku tidak melakukan kesalahan.

"Iya...!!! Yang penting minum obatnya dulu gih..." tuntutku makin kesel.

"Mana minumnya?"

"Biar kakak aja yang pegang. Ntar kamu tumpahin lagi kaya kemaren."

Ichal cuma mesem-mesem geli mendengar omelanku.

Ini anak boleh saja hiperaktif dan banyak tanya. Tapi kalau sudah sakit, melihat jarum suntik saja langsung kejang-kejang dan susah banget disuruh minum obat. Kemaren sore saja aku sampai ganti sprei dan selimut dua kali, gara-gara Ichal menumpahkan obat yang aku larutkan dengan air dan gula disendok beserta gelas air yang kupegang karena berontak saat kuminta dia meminumnya. Jadi bertambah deh pekerjaanku karena cucian yang kian menumpuk.

"Aaarrggghhh..... Air-air... Aarrgghh!!!" teriaknya sambil nangis heboh setelah larutan obat disendok yang kusodorkan dia minum.

Aku bergegas menyodorkan air minum digelas yang langsung dia tenggak sampai kandas. "Paiiiiiiiiiittttt........!!!!" teriaknya dan nangis lagi.

"Ampun Chal!!! Anak cowok kok cengeng sih?" keluhku masygul.

"Pait kakkkkk aaarrgggghhhh.....!!!" mulai deh nangis lagi.

"Kakak ambilin cemilan aja ya? Yang manis, supaya paitnya ilang."

"Cepet kakkkk..!!! hiks.. hiks..."

"Ini. Makan agar-agar aja biar sekalian ada isinya perut kamu." tuturku sambil menyodorkan agar-agar yang aku buat semalam dan aku simpan dikulkas.

"Kenyang kak. Lainnya!!!" tolaknya bawel.

"Kenyang apa??? Makan bubur cuma seiprit juga. Udah itu aja. Gak dingin kok."

"Es krim aja deh," tawarnya.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang