Chapter Ending

12K 774 85
                                    

"Kakak kenapa sering ngelamun dan lesu seperti itu?" tanya Ichal polos saat aku menemaninya berbaring dikamar.

Ku sunggingkan senyum terbaikku padanya.

"Kakak cuma lagi banyak pikiran. Masalah orang dewasa Chal. Belum saatnya kamu tau."

Ichal hanya memonyongkan bibirnya, membuatku gemas dan mencubit hidungnya.

"Aaarrgghh.... sakit kak...." rintihnya membuatku tergelak.

Ku dekap tubuhnya dan kukecup ujung kepalanya penuh perasaan.

"Kakak sayang sama kamu Chal. Selalu."

"Ichal juga sayang sama kakak," sahutnya membalas dekapanku.

'Maafkan kakak Chal. Mungkin ini malam terakhir kakak menemanimu tidur.' batinku sambil mengusap rambutnya.

Aku terbangun saat sebuah kecupan lembut mendarat dikeningku. Ku sunggingkan senyum kecil saat ku dapati Mas Candra tersenyum lembut padaku.

"Udah kelar Mas?" tanyaku yang tau tadi Mas Candra tengah sibuk mengoreksi file-file kerjanya. Aku sengaja tak menemaninya untuk menghindari apapun yang bisa membuatku bersikap mencurigakan.

"Ya." jawabnya singkat dan ikut merebahkan diri disampingku untuk kemudian meraupku dalam dekapannya. "Maaf membangunkanmu."

"Gak papa Mas." jawabku pelan dan mengusap lembut punggung telapak tangannya. "Bagaimana dikantor?"

"Semua baik-baik saja." jawabnya yang kutahu keadaannya justru sebaliknya.

"Mas..." panggilku lirih.

"Hmmmm..."

"Sampai kapan kita akan begini?" tanyaku tak mampu menyembunyikan kegetiran dalam hatiku.

"Kenapa?"

"Bagaimana kalau nanti Ichal mengerti?"

"Dia pasti menerimanya. Dia sayang padamu."

"Kalau sebaliknya?" tentangku perih.

"Dia pasti menerimanya. Aku yakin itu." tegasnya mantap dan mempererat dekapannya.

"Apa.... Mas gak ingin menikah lagi?" kenapa kali ini aku merasa sakit membayangkannya? Padahal aku sudah sering memikirkannya.

Tapi kenapa kali ini aku merasa sakit? Apakah aku iri? Cemburu? Iri karena aku bukan seorang wanita yang bisa menemaninya menghabiskan sisa umurnya. Terkadang, aku berandai-andai. Kalau saja aku seorang wanita, aku mungkin akan jadi wanita paling beruntung dan bahagia bisa hidup bersama mereka.

Tapi kemudian aku sadar. Kalau aku seorang wanita, pasti cerita hidupku takkan sama. Kemungkinan besar aku takkan pernah bertemu dengannya, bersamanya dan merasakan dekapan ini. Jadi apapun itu, aku harusnya bersyukur atas apapun yang kuterima.

"Untuk saat ini, aku tak ingin memikirkannya." jawabnya pelan. "Aku masih ingin bersamamu Ga." tak ada riak atau kemarahan sedikitpun dalam nada suaranya.

Aku tak ingin meneruskannya. Aku tak ingin merusak moment terakhirku ini dengan menanyainya hal-hal yang mungkin akan membuatnya kehilangan kesabaran.

Ku balikkan tubuhku menghadapnya.

"Maaf atas semua ketidak nyamanan yang aku buat." ucapku lirih dan merangkulnya.

Mas Candra membalas rangkulanku dan mengecup keningku.

"Tak ada yang perlu disalahkan Ga. Aku bahagia bersamamu."

"Terima kasih Mas...." ucapku mulai serak. Aku tak mampu menahan sesak dihatiku.

"Sudah Ga.." ucapnya sambil mengusap punggungku.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang