Chapter 8

11.3K 847 11
                                    

Hidup tak selalu mudah. Itu yang terkadang lupa untuk selalu kuingat. Aku yang baru pulang kursus sedikit mengernyit heran melihat ada dua mobil terparkir dihalaman rumah. Entah kenapa aku jadi gugup dan jantungku berdegup kencang. Ini pertama kalinya rumah mas Candra dikunjungi orang setelah sebulan lebih aku tinggal disini. Lama aku berdiri diam ditembok gerbang depan. Aku merasa ragu untuk masuk kedalam.

'Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus masuk sekarang atau menunggu mereka pulang? Kalau aku masuk, apa tanggapan mereka nanti tentangku? Siapapun tamu itu, mungkin kehadiranku hanya akan mengganggu.' aku bergelut dengan pikiranku sendiri sambil berdiri menyandar tembok depan rumah. Berat rasanya mau masuk. Aku tak mau kehadiranku mengacaukan keadaan.

'Aaarrrggghhhhh.... Mending ke Mesjid aja, nunggu mereka pulang baru kembali ke rumah.'

Baru lewat dua rumah aku berjalan, kulihat mobil Mas Candra datang. Begitu dekat denganku, dia membuka kaca mobil.

"Mau kemana?" tanyanya heran.

"Sepertinya Mas kedatangan tamu. Aku gak mau ganggu, jadi aku pergi dulu aja. Ntar aku balik kalo mereka udah pulang," jawabku seadanya.

"Kenapa pergi? Ayo masuk!!!" perintahnya.

"Tapi Mas...." sanggahku ragu. "Mungkin itu keluarga Mas, atau keluarga istri Mas. Aku gak enak."

Mas Candra nampak menimbang sebentar.

"Gak papa. Ayo masuk!!"

Aku hanya bisa menghela nafas berat dan masuk kedalam mobil. Begitu mobil Mas Candra memasuki halaman rumah, nervous itu muncul lagi. Aku tak yakin ini keputusan yang benar. Semoga saja tak terjadi hal yang buruk nantinya.

"Assalamu'alaikum." seru Mas Candra saat memasuki rumah, aku mengikutinya dibelakang dengan kepala tertunduk.

"Walaikumsalam." jawab mereka serempak. Aku beranikan diri menatap mereka hanya untuk bersikap sopan.

Kulihat ada sepasang pria dan wanita dengan seorang bayi dalam gendongan wanitanya. Seorang anak laki-laki yang usianya lebih tua dari Ichal tengah bermain robot dilantai dengan ceria bersama Ichal. Dan seorang pria baya yang aku tau adalah ayah Mas Candra. Semakin dekat dengan mereka, jantungku semakin berdegup dengan kencangnya.

"Kakak..." seru Ichal lugu dan mendekat pada kami. Ichal mencium tangan Mas Candra dan merangkulku.

"Udah makan, Chal?" tanyaku lirih sambil berjongkok.

"Udah kak. Hehe..." jawabnya lugu.

"Yaudah, kamu maen lagi gih.... Siapa itu Chal?" tanyaku menatap anak kecil yang juga tengah melihat kami.

"Oh, itu kak Faisal, kak. Anaknya tante Asty."

"Oh, kamu temenin dia lagi gih."

Tanpa menunggu lama, Ichal berlari kembali ketempat sepupunya. Aku berdiri dan menatap mereka semua dengan perasaan gelisah.

"Baru pulang Ndra?" sapa sang wanita sambil menimang bayinya.

"Iya kak. Tumben pada maen kesini? Lagi kangen Ichal ya. Hahaha..." sahut Mas Candra santai.

"Kamu jarang kerumah sekarang. Ichal juga. Makanya sepulang kerja, kami memutuskan untuk datang kemari. Ichal bilang, dia punya teman baru dirumah. Siapa Ndra?" tanya ayah Mas Candra sambil menatapku aneh.

Tentu saja dia heran. Kami pernah beberapa kali berpapasan dan duduk bareng di Masjid, jadi tak mungkin jika dia tak mengenalku.

"Oh iya, ini. Kenalkan. Namanya Yoga. Dia tinggal bersama kami sekarang. Ga, ini keluargaku." seru Mas Candra padaku. "Beliau ayahku." tunjuk Mas Candra dan aku langsung sungkem pada beliau.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang