Aku tak bisa menunda lebih lama lagi. Aku harus segera menyelesaikan masalah ini. Ada berkahnya juga Reffan mengisi pulsaku. Aku jadi bisa menghubungi Adit. Aku sengaja menelponnya tanpa mengirim sms untuk menanyakan dia sedang apa karena aku tau Adit pasti sudah bangun dari jam sembilan tadi.
Kuhirup udara sebanyak mungkin sebelum aku menekan tombol dial. Semoga ini hal terbaik yang kulakukan.
Sedikit berdebar, aku menunggu Adit mengangkat telponnya.
"Halo...." sapa suara di seberang.
Kembali jantungku berdegup kencang.
"Hallo..." sahutku pelan.
"Lama banget? Kenapa baru telpon sekarang?"
"Maaf... Aku baru isi pulsa."
"Hehe..." tawanya pelan.
Entah kenapa... Entah karena terlalu lama tak mendengar suara tawanya atau apa. Yang jelas, suara tawanya terdengar berbeda bagiku.
"Lagi apa ay?"
Aku tertegun. Lama sekali aku tak mendengar panggilan itu.
"Ay?" panggilnya lagi.
"Oh, maaf! Lagi santai aja. Kamu?"
"Coba tebak aku ada dimana sekarang?"
"Memangnya kamu ada dimana..?"
"Hahaha.... Aku ada di Surabaya."
Lagi-lagi aku tertegun. Di Surabaya? Untuk apa dia di sini? Sejak kapan dia ada di sini?
"Sungguh?"
"Iya dong. Aku udah dua hari di sini."
"Ada apa?"
"Pengen ketemu kamu." jawabnya santai.
"Jangan becanda!!" entah kenapa, aku sedikit enggan untuk memanggilnya ay juga.
"Serius lah. Kamu sih, gak pernah bales sms dan telponku. Aku pengen ketemu nih. Bisa gak?"
Kembali aku tertegun. Apa yang harus aku lakukan? Dulu aku ngebet banget ingin bertemu dengannya sampai aku rela kalau harus aku yang menyusulnya kesana. Sekarang.... Aku malah bingung dan tak tahu harus bersikap bagaimana saat kutahu orang yang ingin kutemui justru menyusulku kemari.
"Ay?"
"Iya?"
"Kok diem?"
"Oh, itu....."
"Itu apa?"
"Aku akan lihat jadwalku dulu, kapan kita bisa ketemu."
"Sungguh? Kalo gitu aku tunggu kabar selanjutnya."
"Oke. Kalo gitu aku kembali kerja dulu."
"Oke."
"Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam."
Kalau dia ingin bertemu denganku, kenapa dia tak mengatakan kangen atau cinta padaku? Otakku sudah seperti benang kusut saja saat ini.
****
"Ada apa?" tanya Mas Candra yang sepertinya menangkap kegelisahanku.
"Aku menelpon Adit tadi pagi."
Mendengar ucapanku, pelukan Mas Candra berubah seperti lekukan kayu yang menghimpitku. Tapi tak lama kemudian, rangkulannya kembali melembut.
"Lalu?"
"Dia ada di sini sekarang."
"Di sini??" tanyanya yang lagi-lagi terdengar kaget.
"Iya Mas, di Surabaya." jawabku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You
Romance⚫Another Repost Gay Story ⚫Original Writer : @chi_lung ⚫Don't like don't read ⚫LGBT HATERS GO AWAY!