Sungguh hari yang sangat sial, Mengapa dewi keberuntungan tak pernah datang dan berpihak padanya hari ini? Setelah tadi dipesawat ada seseorang yang merusak tidur indahnya, dan sekarang Haruskah Andrew? Mengapa harus Andrew yang duduk disampingnya. Dengan rasa keterpaksaan dan kejengkelannya, Diasley duduk dibangkunya yang bertepatan berada disamping Andrew. Sebenarnya, setelah sampai di Bandara Internasional Minangkabau, mereka makan siang sebentar disana, dan segera bersiap memasuki bus masing-masing dan dengan partner duduknya masing-masing. Setelah ia mendudukan tempat yang sudah ditentukan, Alangkah dendamnya Diasley mengetahui patnernya saat ini adalah dia. Diasley memasang wajah sedatar mungkin dan berusaha untuk tidak menghiraukan Andrew. Mencoba tidak memperdulikan tatapan Andrew yang tampak tak berminat pula. Dia duduk didekat jendela Karna kursi dipinggir telah diisi oleh Andrew."Ahhh," ringis Andrew menarik kakinya.
Diasley melihat sekilas, lalu membuang mukanya lagi.
"Lo apa-apaan mijak-mijak kaki gue." Protes Andrew kesal.
"Maaf,"
"bosenin lo,"sindir Andrew.
"Emang apa yang bisa gue omongin sama lo?"tanya Diasley melihat Andrew dari sudut matanya. "Selain hal gak penting dan mesum." Sindir Diasley yang tak mau kalah sambil melihat kearah luar jendela.
"Lucu lo,"
"Ntahlah, Om Andrew," sindir Diasley.
Andrew berpaling melihat kearah Diasley yang memasang wajah sok polosnya, "apaan lo manggil om."
"Suka-suka gue."
"Serah lo spesies," balas Andrew tak peduli dan mengeluarkan Handphonenya.
"Emang gue binatang pake spesies,"
"Suka-suka gue."
"Ihhh, lo itu ya," Diasley menggeser tubuhnya hingga kini berhadapan dengan Andrew yang sedang memainkan handphonenya lalu melihat Diasley dari ujung mata . "Mesum cap kaki tiga!" sambung Diasley, " Dasar om, om!" Pekik Diasley pelan dan tertahan agar tidak mengundang perhatian orang lain didalam bus itu.
"Dih, gue cium juga diem." Diasley dibuat diam oleh kata-kara Andrew barusan.
Plak
Satu pukulan mendarat dibibir Andrew yang kini juga menggeser tubuhnya menjadi berhadapan dengan Diasley.
"Gila lo najis banget!" kata Diasley jengkel. Tak ada muka merah seperti yang dialami remaja-remaja ketika sedang digoda seperti ini.
"udah, gue mau tidur, awas lo macem-macem ya om!"
-----
"Om,om, temenin gua dong," pinta Diasley sambil mengguncang badan Andrew yang sedang terlelap.
Andrew tersentak dan menatap Diasley dengan muka bantalnya. "Gamau, gue ngantuk," Andrew langsung merebahkan tubuhnya dipaha Diasley yang tertutup selimut Dengan masih posisi duduk dan kembali melanjutkan tidurnya yang tertunda karna Diasley.
"Ehhh gilaa, lo berat banget om," bisik Diasley tepat ditelinga Andrew.
"bacot."
Diasley bingung harus apa dan bagaimana dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Tanpa sengaja dia memperhatikan wajah Andrew yang sedang terlelap, terlihat tenang dan penuh kedamaian. Dilihatnya setiap inci wajah Andrew. Matanya tertutup sempurna, hidungnya mancung, mukanya bersih, alis tebal,dan terdapat kumis tipis yang tidak dapat dilihat jika tidak dengan jarak sedekat ini. apalagi dengan tampang polos saat sedang tertidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARK
Ficção Adolescente[Complete] Laki-laki itu menatapnya dari bawah sambil berbaring dipaha gadis itu. "Jangan bicara seakan-akan lo bakal pergi." "It's real life, i told you for many times, Andrew." Dan kini gadis itu berada dipelukan sahabatnya setelah beberapa bulan...