Itu foto Diasley di prom night ya...
"Sumpah lo cantik," puji Kimmy pada kakak perempuannya itu.
Diasley tampak cantik dengan balutan gaun pink berlengan satu dan rambut yang ia ikat berantakan. Perempuan itu tampak bersinar dan membuat siapa saja akan terpesona. Diasley tersenyum menatap bayangannya di cermin. Menatap hasil karya Kimmy yang kini ada di wajahnya. Polesan make up tipis dan natural yang dibuat Kimmy tampak sangat pas di wajahnya. Setelah hubungnnya dan Kimmy membaik, mereka menjadi akrab. Semua yang dulu tidak pernah Diasley bayangkan kini terjadi. Kimmy bukanlah Kimmy yang dulu dikenal oleh Diasley. Kimmy yang sekarang adalah wujud adik yang sangat diidamkan semua orang.
"Thanks, Kim," Diasley tersenyum pada Kimmy.
Kimmy memutar matanya jengkel, "ya elah pake makasi-makasi segala," Kimmy terkekeh geli, "gue kalo yang gini mah udah profesional."
Mereka berdua tertawa bersama. Terasa begitu hangat, "dan sekarang, lo bisa pergi ke promnight," Kimmy menuntun Diasley untuk segera berdiri.
Malam ini, Diasley di jemput oleh Vale karna perempuan itu tidak mau datang sendirian nantinya. Kenapa tidak Andrew? Atau Leo? Entahlah. Diasley tidak mau ambil pusing dengan semua itu di saat dia akan menjalani perpisahan dengan semua orang.
"Ya ampun," Kimmy tampak panik, "lo kenapa nangis?"
Diasley menoleh pada Kimmy, ia baru menyadari bahwa dirinya menangis, "mungkin efek perpisahan."
Kimmy tersenyum hangat, "lo gak perlu nangis, semua kenangan itu bakal selalu ada di hati lo."
"Walaupun semuanya udah berakhir, gak ada seorang pun yang bisa mengakhiri sebuah kenangan."
Dan akhirnya dia menyadari, kenangan itu terlalu indah.
-----
"Malem, kak Dias," sapa Fachri dengan senyuman manisnya. Fachri menggunakan jas.
Kenapa ada Fachri?
Fachri menyadari pandangan bertanya Diasley, "lupa kalo gue OSIS?"
Oh iya, fachri adalah anggota osis.
"Malem, sibuk lo?"
Fachri memutar matanya, "ya iyalah sibuk, acara segede ini cuma 40 panitia."
Waw.
"Hai, kak Vale!" Fachri menyapa Vale yang baru datang di samping Diasley. Fyi, Fachri memang dekat dengan semua orang. Itulah sebabnya banyak orang yang merasa menjadi korban php laki-laki ini. Padahal dia hanya menganggap mereka semua sebagai teman.
Vale tersenyum ramah, "hai, Ri," Vale tertawa kejam, "i know what you feel. Jadi anak osis emang cape."
"Ah, Lo pengertian kak," Fachri tertawa menanggapi ucapan Vale, "buruan masuk."
"Gue duluan, Dah," Diasley dan Vale pun memasuki ruangan ballroom yang besar itu. Vale terkekeh membayangkan anak osis yang pergi pagi pulang malam untuk menghias ballroom hingga menjadi seperti ini.
"Dias, gue di suruh gabung sama anak kelas bentar ya, mereka ngajak foto bareng."
Diasley menoleh pada Vale, "oh, oke!"
Diasley berjalan sendirian di ballroom ini, sesekali ada teman seangkatan yang tersenyum dan menyapanya. Diasley hanya bisa berdiri di tengah-tengah dan sesekali mengambil makanan di sudut ruangan.
Membosankan.
"Aw!"
"Kalo jalan li–" deja vu.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARK
Teen Fiction[Complete] Laki-laki itu menatapnya dari bawah sambil berbaring dipaha gadis itu. "Jangan bicara seakan-akan lo bakal pergi." "It's real life, i told you for many times, Andrew." Dan kini gadis itu berada dipelukan sahabatnya setelah beberapa bulan...