Dark (26)

3K 181 1
                                    


Sebelum ada Leo disini, ia berharap orang itu ada disini dan memeluknya seperti apa yang Leo lakukan padanya saat ini. Ditatapnya mata itu melihat kearahnya tanpa ekspresi apapun. Leo melepaskan pelukannya pada Diasley dan menghapus air mata perempuan itu dengan jari-jarinya lalu mengecup singkat pelipisnya yang tidak terluka. Gadis itu tetap menatap kearah laki-laki yang menatapnya tanpa ekspresi itu. Perlahan laki-laki itu berjalan kearah Leo dan Diasley yang kini duduk berhadapan. Andrew berdiri tepat dibelakang tubuh Leo yang memunggunginya. Andrew melayangkan tatapannya menurun kearah Leo dan Diasley.

"Lo ga papa?" Tanya suara itu datar dan sedikit terdengar serak. Leo menoleh kearah Andrew yang kini ada dibelakangnya. Diasley tak mampu untuk mengeluarkan suaranya karna ia merasa sangat lelah setelah menangis cukup lama sebelum Leo datang. Meski Andrew yakin apa jawaban dari gadis itu, ia tetap menyanyakannya. Diasley mengangguk sekilas lalu segera dibimbing oleh Leo untuk segera bangkit.

"Berdiri yuk, Dias. Lukanya dibersihin dulu," Leo membimbing Diasley agar berdiri dan mendudukannya tepi ranjang. Andrew hanya dia mematung dak tak bergeming.

"Biar gue ambilin obatnya," Andrew segera beranjak dan pergi menuju sebuah meja yang terdapat P3K disana. Mengambilnya lalu menyerahkannya pada Leo yang kini duduk disamping Diasley dan menatap prihatin gadis itu, sahabatnya. Sahabat yang menggetarkan hatinya.

"Lukanya diobatin dulu ya," Leo mulai membuka kotak itu dan mengeluarkan sebotol obat kuning untuk membersihkan luka yang ada di pelipis Diasley. Menuangkannya pada kapas lalu menempelkannya pelan pada pelipis Diasley yang terluka. Lalu setelah itu ia tarik kepala Diasley lalu meniup bagian yang baru saja ia bersihkan itu. Setelahnya Leo memberikan pada pelipis Diasley yang terluka dan sudah dibersihkan tadi.

"Tahan ya, agak pedih," ujar Leo sembari memberikan betadin. Diasley menatap Leo yang kini sedang berkonsentrasi mengobati luka yang ada dipelipisnya.

"Gue cabut duluan, mau nemenin nyokap," Andrew segera berbalik dan berjalan menuju pintu kamar Diasley hingga langkahnya dihentikan oleh suara lembut Diasley.

"Drew," Andrew menoleh kearah Diasley.

"Makasih udah dateng kesini," Diasley tersenyum kecut mengingat apa yang baru ia alami siang ini.

"Gue duluan," Andrew tersenyum simpul menanggapi ucapan Diasley barusan dan segera keluar dari kamar itu. Ada perasaan sedikit kecewa pada Andrew yang pergi meninggalkannya begitu saja, tetapi ada persaan nyaman yang ia rasakan saat kedua tangan Leo merengkuhnya kedalam pelukan laki-laki itu. Andrew menuruni tangga dan menuju keluar. Sejenak langkahnya terhenti karna ia hampir saja menabrak Kimmy yang sedang setengah berlari menuju tangga. Andrew menatap sejenak gadis yang wajahnya berbeda dengan Diasley tersebut dan segera berlari menuju luar ruangan. Ia mendapati Ara yang sedang menatapnya khawatir di depan pintu. Andrew memang membawa Ara kemari karna sewaktu Leo menghubunginya tadi ia sedang bersama Ara dikantin rumah sakit dan tak mungkin meninggalkannya sendirian. Kini mata dingin itu menatap mata Ara yang tampak mengerutkan alisnya. Ia tak bergeming selama beberapa saat mencoba menahan gejolak aneh yang terasa membakar segalanya. Menghanguskannya hingga menjadi debu yang tak berarti lalu dibawa begitu saja oleh sang angin dan menghilang.

Bug

Dipeluknya dengan erat tubuh gadis itu menuangkan segala rasa kecewanya yang tak tahu karna apa. Menahan segala gejolak aneh yang kini ia rasakan semakin membakarnya. Mengejarnya hingga ia tak mampu lagi untuk berlari dan pergi. Mendorongnya jatuh hingga ia merasakan dirinya mati rasa karna semuanya. Dipeluknya erat tubuh itu dan mencengkram kasar bahu itu. Diremasnya bahu itu seakan bahu itu tak bernyawa dan hanya segumpal benda yang siap menerima segala pelampiasan emosinya entah karna apa. Gadis itu mengeryit menahan rasa perih yang terasa pada bahunya yang kini berada dalam cengkraman Andrew. Andrew seakan tak sadar akan apa yang ia lakukan barusan kepada adik tirinya itu. Dipejamkannya matanya kuat-kuat tak memperulikan sekeliling dan berharap ketika ia membuka matanya semuanya akan hilang begitu saja.

DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang