"Coy," panggil Diasley pada gadis berwajah tirus itu setelah turun dari mobil sedan Andrew. Ia memasuki pekarangan rumah Vale yang pagarnya tidak tertutup itu. Dia sedang mencuci mobil silver miliknya."Eh, ngapain lo kesini?" Tanya Vale yang sedang mencuci mobil silver miliknya.
"Emang ga boleh kita kesini," Andrew bersuara setelah mengunci mobilnya dan menyamakan langkahnya dengan Diasley.
"Ya bukan gitu lah. Tumben aja lo kesini," Vale melanjutkan aktifitas mencuci mobilnya. Ini sudah rutinitas Vale setiap dia hari sekali.
"Biasanya juga kesini kalo kumpul," Diasley mengingat memori tentang dimana biasanya mereka berkumpul jika bersama-sama. Vale sedikit aneh.
"Iya juga sih," Vale menurunkan selang air yang ia gunakan untuk mencuci mobil dan menatap heran kedua sahabatnya.
"Gimana keadaan lo? Sehat?" Tanya Andrew kepada Vale yang kembali menyibukan diri dengan selang airnya itu.
"Sehat lah, mudah-mudahan," tawa garing memenuhi indra pendengaran mereka semua yang ada diteras rumah Vale. Vale sedikit berbeda.
"Gue ga disuruh masuk nih?" Tanya Diasley yang sedari tadi hanya berdiri memandangi Vale yang sedang mencuci mobilnya. Sebagai tuan rumah yang baik, Vale seharusnya mempersilahkan mereka duduk.
"Alah, biasanya juga nyelonong aja lo," Vale terkekeh dengan sikap sahabatnya itu.
"Iya kali, Leo gak dikabarin Drew?" Tanya Diasley menyikut Andrew yang ada disampingnya. Andrew memang sedang memeriksa ponselnya kala itu.
"Ntar juga datang sendiri."
"Dia lagi ada masalah sama Cloe, heran gue tuh anak perasaan bikin Leo lesu mulu," Vale mematikan selang air yang ia gunakan untuk mencuci mobilnya dan berjalan menuju teras rumahnya. Ia telah selesai mencuci mobilnya dan tinggal menunggu mobil itu kering.
"Diluar aja apa kekamar?" Tanya Vale melepas sendalnya dan menoleh kearan Andrew dan Diasley yang mengikutinya dari belakang. Mereka seperti anak ayam.
"Dikamar lo aja, gerah," Andrew melepaskan sepatunya. Dan segera masuk kekamar milik Vale bersama dengan Diasley. Cuaca hari ini memang sangat panas dan membakar kulit. Kulit Vale yang sensitif saja sudah sedikit kemerahan.
"Bukak kaos kaki lo," pinta Diasley pada Andrew yang duduk disofa kamar Vale dengan kaus kaki yang masih terpasang.
"Ribet deh," Andrew membuka kaus kakinya dan meletakannya diatas meja belajar milik Vale.
"Gue mandi dulu ya, basah gini," Vale berjalan menuju kamar mandinya dan menutup pintu. Terjadi suasana diam diantara Andrew dan Diasley setelah Vale memasuki kamar mandi. Entah mengapa suasananya terasa berbeda sejak tadi pagi Andrew membelanya dihadapan Gunawan. Belum ada yang pernah membelanya.
"Sorry terlalu ikut campur sama masalah keluarga lo," Andrew bersuara memecah keheningan diantara mereka. Entah mengapa ia masih merasa tidak enak pada Diasley.
"Ga papa, sorry udah ngelibatin lo sejauh ini sama masalah keluarga gue," Diasley menatap bola mata milik Andrew. Ia sungguh menyesal sudah membuat Andrew terlibat dengan masalahnya. Bukan karna tidak suka atau semacamnya, tapi karna Diasley tak ingin menyusahkan Andrew.
"Gue juga minta maaf udah ngebagi masalah gue ke-lo," Andrew menatap bola mata coklat itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gak perlu minta maaf kali, selo aja," Diasley terkekeh untuk memecahkan suasana canggung yang tercipta diantara mereka. Berbeda.
"Idupin tv-nya Dias," pinta Andrew pada Diasley yang duduk diatas karpet lembut kamar Vale yang berada didepan tv. Diasley menghidupkan tv dan munculah sejumlah artis yang sedang bermain peran didalam sana. Sangat membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK
Teen Fiction[Complete] Laki-laki itu menatapnya dari bawah sambil berbaring dipaha gadis itu. "Jangan bicara seakan-akan lo bakal pergi." "It's real life, i told you for many times, Andrew." Dan kini gadis itu berada dipelukan sahabatnya setelah beberapa bulan...