'Ting nong'Terdengar bunyi bel apartemen dikediaman milik Andrew. Andrew yang masih setengah sadar karna baru terjaga dari tidurnya itu pun dengan setengah hati dan mata setengah tertutup membuka pintu apartmennya. Sebenarnya ia sangat jengkel karna waktu tidur siangnya terganggu.
"Ais gue ngan—"
'Bug'
Diasley terjatuh didepan pintu apartemen Andrew setelah Andrew membukakan pintu untuknya. Tampak bekas merah di pipinya dan sedikit darah yang sudah membeku diujung bibirnya serta lebam dibeberapa bagian tubuhnya. Andrew mengucek matanya dan melihat keadaan Diasley yang kini jauh dari kata baik. Andrew juga tak sengaja melihat ada luka dibagian tubuhnya. Seperti...terkena beling karna luka itu seperti titik-titik yang berwarna kemerahan karna berdarah yang sangat kentara dengan kulit putih milik Diasley. Ini jelas lebih parah dari saat dia melihat Diasley pada saat ia tak sengaja lewat didepan rumah Diasley tempo hari. Andrew menggendong Diasley yang setengah sadar dan menidurkan Diasley dikamarnya yang bergaya dan berbau maskulin itu.
"Lo kenapa lagi sih?" Tanya Andrew sembari memperhatikan Diasley yang tertidur. Ia sangat khawatir melihat keaadaan Diasley saat ini. Ia mengelus rambut panjang kecoklatan milik Diasley dan menatap sekujur tubuh Diasley yang sangat jauh dari kata baik-baik saja. Kemudian Andrew memutuskan untuk membiarkan Diasley beristirahay dan hendak pergi keluar kamar.
"Drew, jangan pergi." Diasley mencekal tangan Andrew tanpa membuka matanya. "Gue...butuh lo." Ucap Diasley pelan sambil masih menutup matanya.
"Gue gak akan pergi." Andrew mengelus tangan Diasley yang mencekalnya dan melepaskannya perlahan. "Gue mau bikin makanan sama ambil obat buat ngobatin luka lo."
"Makasih."
"AHHH!" Pekik Diasley. "PANAS KIM!" Diasley sedikit membentak Kimmy. Itu semua karna secangkir kopi yang dibawa oleh Kimmy terjatuh dan pecah dengan kaca yang berserakan dilantai.
"Kok gue? Lo itu kalo jalan liat liat!" Bentak Kimmy karna merasa disalahkan oleh Diasley yang menurutnya baru saja menabraknya.
"Ahhh! Banyak omong lo!" Diasley sedikit menyenggol Kimmy. Kimmy kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh saja terjatuh dan terkena beling dan serpihan kaca yang tadi pecah. Tapi Gunawan menangkapnya.
"Apa yang kamu lakukan pada Kimmy?!" Bentak gunawan seraya melepaskan Kimmy. Dan menatap tajam pada Diasley yang tak menyangka bahwa ia hampir melukai Kimmy.
"Aku gak ngapa-ngapain pa," Diasley berlalu dengan moodnya yang semakin memburuk.
"BOHONG!" Gunawan membentak Diasley seraya mencengkram kuat pergelangan tangan Diasley. "Terlihat jelas bahwa kamu mendorong Kimmy dan akan melukai dia! Kamu mau Kimmy kena beling-beling itu kan?!"
"Apa aku mungkin ngelakuin itu sama Kimmy? Mungkin papa nggak akan pernah percaya sama semua hal yang pernah aku bilang. Tapi itu semua adanya pa, udah cukup papa nyalihin aku atas semua kesalahan yang enggak aku lakuin." Diasley sedikit berteriak tertahan dan mengutarakan seluruhnya sambil merasakan perih yang menyayatnya pada setiap kata yang ia utarakan.
'Plak'
tamparan tersebut mengenai pipi Diasley dan merobek sudut bibirnya sehingga mengeluarkan sedikit darah.
"Masih bisa kamu menyangkal kalau kamu tidak bersalah?!" Gunawan menjambak rambut Diasley. "Bahkan dengan segala yang kamu lakukan ke Kimmy, membuat saya semakin yakin bahwa kamu yang sudah membunuh Silliana!" Satu tamparan lagi dihadiahkan untuk Diasley. Jambakan itu terlepas seiring dengan tamparan yang cukup keras itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARK
Teen Fiction[Complete] Laki-laki itu menatapnya dari bawah sambil berbaring dipaha gadis itu. "Jangan bicara seakan-akan lo bakal pergi." "It's real life, i told you for many times, Andrew." Dan kini gadis itu berada dipelukan sahabatnya setelah beberapa bulan...