Dark (24)

3.2K 195 2
                                    


"Ra, mau makan apa?" Tanya Diasley pada adik tiri Andrew yang dari tadi hanya diam dan menunduk. Mungkin ia merasa sedikit canggung dengan situasi barunya.

"Terserah aja kak," Ara memalingkan wajahnya tersenyum canggung pada Diasley.

"Gak usah canggung, biasa aja."

Ara menatap Andrew yang baru pertama kali ia temui itu. Pandangan Ara terkunci oleh mata Andrew, Entah mengapa Andrew selalu bisa mengunci pandangan siapa pun.

"Permisi, mau makan apa mas?" Pelayan kantin rumah sakit itu memecahkan suasana canggung yang terbangun diantara mereka bertiga.

"Em, spagetty satu."

"Jangan makan spagetty, lo belum makan nasi dari pagi," protes Andrew pada pesanan yang baru saja diminta Diasley. "Nasi goreng 2."

"Ih, gue kan maunya spagetty," Diasley memanyunkan bibirnya.

"Biasa aja bibirnya."

"Eh, Ra makan apa?" Tanya Diasley baru sadar bahwa ia tidak hanya berdua dengan Andrew.

"Samain aja kak," pinta Ara sambil tersenyum simpul.

"Baik, nasi gorengnya 3 ada tambahan lain?" Tanya pelayan itu.

"Teh botol 3, udah itu aja," Andrew mempercepat tanpa bertanya pada yang lain.

"Baik, ditunggu ya mas," pelayan itu pergi dari meja mereka dan kembali tercipta suasana hening.

"Lo kelas berapa?" Tanya Andrew lupa bahwa gadis yang ia tanya kini adalah adik.

"Aku kelas 9 kak," kata gadis manis itu.

"Eh, sorry kasar, kamu–ih gue geli make kamu-kamu. Lo mau masuk SMA mana?" Tanya Amdrew pada adik tirinya.

"Kata papa satu SMA sama kak Andrew. Tapi kemaren aku gak pernah tau kak Andrew yang mana," jawab Ara polos dan kini aura canggung diantara mereka sudah sedikit menipis.

"Ga usah pengen tau sama Andrew, orangnya tengil gini." Diasley mencolek pipi sebelah kanan Andrew dengan telunjuk kanannya. Tapi tangannya ditahan Andrew agar tetap memegangi pipinya.

"Ganteng gini dibilang tengil," Andrew mengelus punggung tangan Diasley yang kini memegangi pipinya.

"Dih, Andrew ada Ara," Diasley mencoba menarik tangannya yang dipegang Andrew tetapi Andrew tidak melepaskannya.

"Ga mau, disini aja," Andrew menahan tangan Diasley yang hendak ditariknya. Diasley terdiam dan cemberut dibuat Andrew. Sedangkan Ara hanya melihat mereka berdua yang sedang asyik sendiri dan merasa mereka hanya berdua ditempat ini.

"Andrew," dengan sekali tarikan, tangan Diasley terlepas dari genggaman tangan Andrew yang memaksanya untuk mengelus pipi laki-laki itu, "Malu."

"Sok malu ih."

"Misi, ini pesanannya ya," tiga nasi goreng dan tiga teh botol diletakan diatas meja mereka. "Permisi," pelayan itu pergi meninggalkan mereka bertiga kembali.

"Eh, dimakan Ra," Diasley menggeser sepiring nasi goreng kehadapan Ara yang sedari tadi hanya terdiam.

"Kak," keduanya menoleh kepada anak gadis berusia 14 tahun itu.

"Kak Andrew."

"Kenapa?" Tanya Andrew kepada Ara.

"Keadaan mama gimana?" Gadis itu balik bertanya menatap penuh harap manik tajam milik Andrew. Andrew balik menatap manik itu.

"Mama lagi koma."

"Apa mama bisa sembuh kak?" Tanya gadis itu lagi pada kakak tirinya. Andrew terdiam sejenak lalu tersenyum hangat.

DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang