Dark (23)

3.2K 189 1
                                    

"Mama gue mana?" Semua yang berada didepan ruang IGD itu hanya terdiam menangis melihat Andrew yang tak pernah mereka lihat sekalut ini. Andrew tampak berbeda.

"Mama gue mana?" Tanyanya sekali lagi dengan intonasi yang lebih tinggi.

"Mama gue mana!"

"Drew~"

"Mama gue mana, Dias, mama gue mana?" Mata itu menatap tajam penuh harap mata coklat hazel milik gadis itu.

"Drew~"

"Mama mana, Dias, mama gue mana?" Pertanyaan itu diulangnya kembali karna tak mendapat jawaban dari siapapun.

"Mama gue mana?" Ditatapnya tajam semua orang yang ada didepan IGD itu berharap ada yang menjawab pertanyaannya. Semuanya diam terpaku.

"Dias, mama gue mana?" Andrew terduduk diatas lantai berkeramik putih rumah sakit itu sambil memegangi tangan gadis yang menemaninya sampai kerumah sakit ini. Gadis itu pun ikut duduk didepan sahabat laki-lakinya itu, memeluknya dan menompang bahunya disaat bahu itu goyah tak memiliki penyangga. Laki-laki itu memeluknya erat, membenamkan segala masalah yang membuatnya terluka dibahu gadis yang tertutupi rambut yang digerainya itu. Diasley tak sanggup menatap mata laki-laki yang ada didepannya ini. Tidak sanggung melihatnya dengan keadaan seperti ini. Melihat bahu tempat biasa ia bersandar kini goyah dan kesakitan menanggung beban. Melihat dinding yang biasanya berdiri kokoh menjadi tempat ia berpegang kini retak dan hampir rubuh. Dan melihat tiang penyangganya kini hampir hancur berkeping-keping. Melihat Andrew yang sangat keras dan kini ia sangat rapuh, melihat Andrew yang selalu ceria dan kini ia muram, serta melihat Andrew yang dengan binar mata tajam yang kini telah terdapat bendungan air yang siap tumpah kapan saja membasahi pipi lelaki itu.

"Mama gue mana Dias?" Pertanyaan itu kembali ia lontarkan dalam dekapan gadis yang ada didepannya. Ini semua salah.

"Mama kamu ada didalam nak, dia kecelakaan dengan dua mobil yang menabraknya beruntun hingga ia menabrak tianng listrik yang ada didekat kejadian itu," seorang wanita paruh baya yang merupakan sepupu dari ibu Andrew itu bersuara tak tahan lagi melihat Andrew yang semakin buruk. Keponakannya tidak pernah seperti ini.

"Mama gue ga papa kan Dias?" Suara itu terdengar kosong. Diasley terdiam dibuatnya, ia tak sanggup melihat Andrew seperti ini.

"Drew lo harus sabar," akhirnya ia berhasil mengeluarkan suara yang sedari tadi ia tak sanggup lakukan. Andrew membuatnya beku tak berdaya.

"Gue takut Dias," suara itu bergetar dan sangat pelan berbisik dari bahu Diasley yang kini Andrew benamkan wajahnya disana. Mungkin hanya Diasley yang dapat mendengarkannya.

"Doain yang terbaik buat mama lo. Gue bakalan selalu ada di sini sama lo, di samping lo. Lo gak perlu takut sendirian karna gue ada di sini. Everything's gonna be ok."

----

Kini Diasley dan Andrew berada diruang tunggu ruang operasi rumah sakit setelah beberapa jam yang lalu ibu Andrew dibawa keruang operasi untuk ditangani lebih lanjut oleh dokter yang lebih handal. Lampu tanda operasi sedang berlangsung masih menyala membuat siapa saja menjadi gelisah tak karuan. Setelah Andrew menerima telpon mendadak saat dirumah Vale tadi, ia segera berlari menuju mobilnya. Diasley mengikuti langkah Andrew. Andrew memacu mobilnya ugal-ugalan.

Tin tin

"Ah, brengsek!" Andrew membanting stir mobilnya ke kanan dan menancap gas dengan kasar. Yang ia tau hanya sampai ke rumah sakit secepatnya.

"Drew, hati-hati," Diasley yang sedikit cemas melihat Andrew hanya bisa memegangi jantungnya karna sedikit takut. Andrew hanya diam tidak menjawab perkataan Diasley.

DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang