Dark 18
"Lo mau minum apa deh? Udah makan apa belum? Hem...gue kemaren beli Nutella impor, lo mau gak? Em... Atau lo—"
"Val," panggil Diasley yang membuat Vale memberhentikan ucapannya dan mengerutkan dahinya pertanda ia meminta penjelasan.
"Ya?" Vale benar benar tersenyum lembut.
"Gue minta maaf banget sama lo," Diasley menundukan kepalanya tak sanggung menatap mata gadis itu, ia merasa terlalu jahat membiarkan seorang sahabat yang selalu ada untuk ya seperti orang asing.
"For?" Vale semakin bingung dibuatnya.
"For act like i'm okay everytime, for make you Confused for long time, and for not to be myself if we're together. Maafin gue," dia semakin menundukan kepalanya memejamkan matanya tak sanggup melihat reaksi sang sahabat.
"It's okay, gue ngerti. I know it's just to make you strong and make you forget all you're promblem. I know you need a time. Gue gak tau apa apa tentang lo, Dias. Yang gue tau, lo itu sahabat gue yang pura-pura kuat padahal rapuh banget, sahabat gue yang selalu senyum padahal hatinya nangis, sahabat gue yang selalu ketawa tapi dia terluka. Tapi asal lo tau, gue bakal selalu ada buat lo. Entah kenapa rasanya gue itu pengen banget selalu ada didekat lo. Seakan akan gue itu ngeliat lo itu bisa jatoh kapan aja dan gue harus selalu ada didekat lo kalo sewaktu-waktu lo jatuh dan butuh seseorang ada disamping lo. I don't know what to say, tapi lo harus tau. Gue... Bukan, bukan cuma gue. Tapi Andrew bahkan Leo bakal selalu ada buat lo kapan pun lo butuh. You don't need to say sorry anymore."
"Bahkan, setelah semua yang gue sembunyiin sama lo, lo gak marah sama sekali,"
"Ini kita, Dias. Ini persahabatan kita. Bukan persahabatan orang lain dan gak harus kan sama kayak orang lain? Persahabatan kita emang gak saling tau hal pribadi masing-masing, tapi kita bakal sama-sama tau kapan saatnya salah satu diantara kita rapuh dan kita harus ada disamping dia biar dia gak jatoh, karna ini persahabatan kita, bukan persahabatan orang lain." Senyum hangat kembali terukir diwajah cantik milik Vale. Wajah manja dan menjengkelkan itu memiliki hati yang sangat lembut. Memahami satu sama lain yang didasari oleh satu kata yang memiliki berjuta makna. 'Sahabat'.
"Thanks for everything, thanks for understand me, thanks for be my best friend, thank you very much," Diasley memeluk tubuh gadis itu. Sahabatnya yang sangat ia sayangi. Dan tanpa ia sadari, ia masih memiliki orang-orang yang menyayanginya.
"It's called 'friend' right?" Vale terkekeh sambil balas memeluk Dialsey. Berusaha mencairkan situasi yang sedikit berubah menjadi haru.
"It's called 'best friend'!" Diasley membenarkan perkataan Vale sebelumnya.
"Laper gak? Sarapan yuk?" Ajak Vale memegangi perutnya yang mencekung.
"Yuu," mereka menuju ruang makan rumah Vale. Orang tua Vale sedang pergi keluar kota. Entah apa yang dilakukan Vale dihari libur seperti ini. Mungkin ia hanya bermalas-malasan, pergi berkeliling komplek mewah ini sendirian, berjalan-jalan membelanjakan uang orang tuanya keberbagai mall yang terkenal, dan terkadang berkumpul besama Leo dan Andrew. Apalagi semenjak menghilangnya Diasley, ia menjadi tambah kesepian.
"Jalan yuk, bosen banget gue dirumah dari dua hari ini." Runtuk Vale kepada Diasley sambil memanyunkan bibirnya manja.
"Em—"
"Ga jadi deh, lo pasti cape kan? Lo istirahat aja dulu ntar sore aja jalannya." Vale menyerocos terus dan dibalas gumaman dan kekehan oleh Diasley. Sahabatnya ini memang sangat mengerti dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARK
Teen Fiction[Complete] Laki-laki itu menatapnya dari bawah sambil berbaring dipaha gadis itu. "Jangan bicara seakan-akan lo bakal pergi." "It's real life, i told you for many times, Andrew." Dan kini gadis itu berada dipelukan sahabatnya setelah beberapa bulan...