"Willy!" Pekik Diasley langsung berhambur kearah Willy. Willy hanya tersenyum dan memeluk Diasley.
"Halo, Monyet, Apa kabar lo?"
"Gue? haha taii, lo kemana aje nyet?" Tanya Diasley tetap dalam pelukan hangat Willy yang semakin menghangatkannya dimalam yang dingin ini.
"Ya, gue disini aja. Padang Kota Tercinta." Kata Willy masih memeluk Diasley dan meletakan dagunya dipuncak kepala Diasley.
"Kok lo tau gue disini?" Diasley heran lalu melepas pelukannya pada Willy dan menatap pria yang ada didepannya penuh selidik.
"Visit path dimana-mana. 'Diasley Aquino sedang berada di blablabla'," gaya Willy menjijikan.
"Ah, tau aja lo gue kangen. Jiahahaha," Diasley tertawa terbahak-bahak.
"Eh, Om sama Tante apa kabar?eh Kimmy juga tuh, trus bang Marvel tengil juga apa kabar dia?" Willy antusias sekali, tanpa disadari ekspresi wajah Diasley berubah tapi segera ia merubah ekspresinya. Dilihatnya sekeliling, tak ada lagi Vale. Kemana anak itu? Baguslah, Vale tak akan mendengar nama Kimmy.
"Eh Kenapa deh lo?" Tanya Willy heran.
"Mama, udah meninggal, Wil," lirih terucap oleh Diasley.
"Innalillahi, kok gue ga tau Dias?" Heran Willy.
"Kitakan lost contact Wil, baru kontakan akir-akir ini," suaranya bergetar samar.
"Oh, gitu, maaf ya, gue turut berduka cita. Maaf gabisa ada disamping lo saat itu," terdengar rasa bersalah disana.
"Iya, gapapa."
Seketika ingatan Diasley kembali, kepada hari-hari buruknya yang mungkin akan menghilang sekarang ini. Untuk beberapa saat.
"Dias Lo kenapa deh, Jalan- jalan yuk, mumpung lo lagi free, kan sekarang? Gue ajak keliling Padang Panjang deh." Bujuk Willy.
"Lo kan tinggalnya di Kota Padang. Emang lo tau jalan?" Diasley sedikit ragu.
"Lo kira gue sekatrok itu ga tau ni kota. Ini udah tahun ke-5 gue tinggal disini." Kesal Willy.
"Ajak temen lo tadi deh Dias, bete tuh kaya nya di kacangin tadi," Willy menahan tawa.
"Iya, iya," Diasley beranjak mencari Vale. Dia mengambil Handphone dalam saku switter dongker miliknya itu sambil tetap berjalan menyusuri jalan yang sedikit menurun itu.
Bruk
"Ahhh, hape gue!" Kesal Diasley karna handphonenya terjatuh ketanah.
"Dih," Katanya mengalihkan wajah dari Diasley, lalu fokus lagi pada SLR yang sedang ia pegang
"Eh, ud-- NAH ITU VALE, VAL!!" Panggil Diasley kepada Vale lalu berlari kearah Vale dan meninggalkan Andew dan sebelum pergi ia berucap,
"Dah, duluan, baybay, muah!" Kata Diasley sok genit.
"Ih, geli Spesies!" Kata Andrew lalu pergi lagi.
"Val, Val, Val," panggil Diasley.
"Apaan?" Tanya Vale bingung menatap sahabatnya itu.
"Jalan yuk, keliling daerah ini, kan mumpung free, bisa Hunting, ayolah Val, ya ya ya ya??" Desak Diasley yang berbiara secepat kilat.
"Hah, serius demi apa lo?! Mau banget woii, cusss yuk cusss!" Tarik Vale.
Ya, hanya dengannya. Hanya dengan sahabatnya ini. Ia selalu bisa melupakan segala masalahnya dirumah Walaupun Vale tak tau apapun tentang keluarganya. Setidaknya, dia lah salah satu orang yang bisa membuatnya bahagia. Walaupun dengan rapat Diasley mengunci dan menyembunyikan semuanya dari Vale.
------
"Wah, gilaa capek nyet," Vale terduduk di sofa loby hotel ini. Sedangkan Diasley ikut duduk dikursi bagian lain.
Diasley dan Vale terbaring disofa dengan wajah lelah mengenaskan, tanpa sadar mereka pun tertidur karna kelelahan.
"Woi, gembel, ngapain lo tidur disini?" Orang tersebut menepuk pelan pipi kanan Diasley.
"Engg..." Gumam Diasley masi tetap tidur.
"Woii, bangun kebo," pukulan itu makin keras.
"Maaf pa, Itu bukan salah Diasley..." Diasley berbicara dalam tidurnya dengan nada ketakutan dan sangat lemah.
"Dias?lo kenapa?" Orang itu panik.
"Bukan Diasley pa, bukan pa, bukan..." Racaunya masi dalam mimpi.
'Bug'
Orang itu membawa Diasley kepelukan hangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK
Teen Fiction[Complete] Laki-laki itu menatapnya dari bawah sambil berbaring dipaha gadis itu. "Jangan bicara seakan-akan lo bakal pergi." "It's real life, i told you for many times, Andrew." Dan kini gadis itu berada dipelukan sahabatnya setelah beberapa bulan...