Dark 1
"WOI KALO JALAN TUH LIAT-LIAT!" Bentak lelaki berseragam putih abu-abu yang kini memandang kemeja putihnya yang menjadi kuning akibat ketumpahan jus jeruk milik seorang adik kelasnya itu.
"Maaf, maaf kak aku ga sengaja" balas adik kelas yang menabraknya itu.
"YAKALI LO PIKIR DENGAN LO MINTA MAAF BAKALAN BERSIH LAGI NIH BAJU GUE!" Emosinya sudah di ubun-ubun. Benar-benar hari yang sial untuk pemuda yang baru saja dipanggil oleh guru bp itu. Sedangkan yang tadi menabrak hanya terdiam sambil menunduk dan samar-samar terlihat ketakutan.
"WOI KALO ORANG NGOMONG DIJAWAB!" Lelaki itu tak sabar lagi dan segera mengarahkan jus jeruk miliknya kearah adik kelas tadi, dan
'BYURR'
Es jeruk itu sukses mendarat perlahan diatas kepala lelaki tadi, bukan sang adik kelas, "Lo terlalu naif untuk jadi sok jagoan dijaman sekarang." Remaja berseragam putih abu-abu itu tersenyum lembut tapi terkesan tajam.
"ANJING BANGET LO!" Ia memegangi dan membenarkan rambutnya yang lepek."APA APAAN LO NYIRAM GUE?!" Timpalnya.
"Jadi kakak kelas ga perlu sok berkuasa, stupid," remehnya sambil memutar kedua bola mata coklat hazel miliknya.
"Ck, TRUS JUGA YA, JADI ORANG JANGAN SOK PAHLAWAN!" Lelaki berseragam putih abu-abu yang sudah ketumpahan jus jeruk dengan rambut yang basah itu melipat kedua tangannya didepan dada.
"EH, EH WOII MISI, MISI, GUE MAU LEWAT," serobot seseorang berkuncir kuda dengan lengan baju seragam putih abu-abunya yang dilipat dari kerumunan penonton itu. "YA AMPUN DIASLEY! Lo itu yah, ngapain sih?" Bingung wanita tersebut, yang diketahui semua orang adalah teman sebangku Diasley. Wanita yang menyiram lelaki yang bernama Andrew tadi.
"Ih, caper banget lo,"
"Udah ah val, gue mau kekelas," tarik Diasley kepada Valeria chua, teman sebangkunya yang sudah dianggapnya sahabat.
"Takut kan lo, ck!"ucap Andrew dan berlalu pergi keluar dari lingkungan sekolah dengan mobil yang ia bawa pagi ini.
'Bp lagi, haha'
---------
Bel pulang untuk hari ini pun berbunyi dengan bangganya. Salah satu yang ditunggu bagi sebagian pelajar. Tapi tidak dengan Diasley. Rumah. Satu tempat yang menggoreskan berbagai luka didalamnya, memberi kesakitan lahir batin yang dialaminya, dan tempat yang bagai neraka menurutnya. Ya begitu adanya.
Diasley membuka pintu rumah megah berwarna putih gading yang berada diperumahan mewah yang masih jarang penduduk karna harganya yang mahal itu dengan earphone yang melekat dikupingnya.
'Cleak'
Tak terjadi apa-apa. Seperti biasa, rumah itu sepi tanpa ada yang menanyakan padanya bagaimana ia disekolah tadi. Ia Memasuki kamar dengan wallpaper berwarna abstrak tetapi teratur dan terkesan gelap itu, lalu menghempas kan tubuh mungilnya dikasur beralas kan warna abstrak itu. Melupakan semua beban yang ia rasakan selama beberapa tahun terakhir ini.
'Clek'
Pintu kamar itu terbuka dan menampakan sesosok pria paruh baya, "siapa yang mengajarkan kamu untuk menyiram anak orang sembarangan?!" Lelaki itu berbicara dengan nada tajam yang membuat anak gadis itu merasakan luka yang ia berusaha sembuhkan akibat lelaki itu kemarin.
Papa
"Diasley capek pa," gadis itu menutup matanya sambil mengatakannya dengan suara yang hampir tak terdengar. Begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK
Teen Fiction[Complete] Laki-laki itu menatapnya dari bawah sambil berbaring dipaha gadis itu. "Jangan bicara seakan-akan lo bakal pergi." "It's real life, i told you for many times, Andrew." Dan kini gadis itu berada dipelukan sahabatnya setelah beberapa bulan...