Dark (25)

3.1K 175 5
                                    


Pagi ini Diasley bangun sedikit terlambat karna tadi malam ia tidak bisa tidur dan duduk di balkon kamar Andrew lalu setelah semakin larut ia kembali ke kamar sebelah. Dibukanya matanya dan berusaha menyesuaikan dengan keadaan sekitar ruangan ini. Gorden kamar itu telah terbuka yang membuat cahaya matahari masuk kedalam ruangan dengan leluasa. Diliriknya sekeliling dan melihat disampingnya sudah tak ada lagi Ara yang kemarin terbaring disampingnya. Disingkapkannya selumut itu lalu segera bangkit dari tidurnya, kekamar mandi dan setelahnya menuju keluar ruangan. Di luar kamar itu ia mendengar suara yang cukup berisik dari arah dapur. Diarahkannya langkah kakinya menuju dapur dengan gontai karna baru saja terbangun dari mimpinya.

"Mor~" perkataannya terhenti seketika ketika melihat tangan laki-laki itu sedang melingkari pinggang wanita bermata hitam legam itu sambil menatapnya intens dan begitu juga gadis itu. Tangannya melingkari gadis itu dari belakang dan bertatapan dengan wajah yang cukup dekat. Dengan celemek yang terpasang berantakan dimasing-masing mereka dan kompor yang menyala. Laki-laki itu menyadari kehadirannya dan segera memutuskan kontak matanya bersamaan dengan tangannya yang melingkar dipinggang gadis tadi.

"Pagi, Dias, lo mau sarapan?" Tanya Andrew pada Diasley lalu segera melepas celemeknya dan menggantungkannya.

"Hmm, ya terserah sih," Diasley berjalan menuju dapur dan memeriksa apa yang sedang mereka masak.

"Lo masak apa?" Tanya Diasley pada Andrew yang sudah terduduk dimeja makan.

"Mau masak nasi goreng aja sih, eh tapi bukan gue juga, Ara," Andrew melihat kearah Diasley.

"Ohh, maaf gue baru bangun," Diasley terduduk dihadapan Andrew lalu merebahkan kepalanya diantara lipatan tangannya.

"Masi ngantuk?" Tanya Andrew pada gadis itu.

"Hmm, lumayan," Diasley melirik lelaki itu dari celah lipatan tangannya.

"Abis ini gue anter lo pulang ya?" Tanya Andrew pada Diasley.

"Gue takut papa lo marah."

"Iya, gue ngerti," ia mengangkat wajahnya ketika Ara meletakan tiga piring nasi goreng dihadapan mereka.

"Thanks," ucap mereka berbarengan.

"Iya, sama-sama," mereka mulai melahap makanan mereka masing-masing hingga kandas dan menyilangkan sendok dan garpu mereka. Mencuci piring masing-masing lalu bergegas menuju kamar mandi.

"Buruan siap-siap, ntar lagi kita berangkat," Andrew berjalan menuju kamarnya setelah selesai mencuci piring miliknya. Menutup rapat pintu itu dan menguncinya. Membaringkan tubuhnya diatas kasur dan mengingat kembali tentang ibunya yang kini tergeletak lemas diatas ranjang rumah sakit. Lalu ia kembali bangkit dari tidurnya dan segera menuju kamar mandi untuk berbenah. Sedangkan Diasley sendiri sedang menunggu Ara yang terlebih dahulu mandi dan ia sendiri sedang menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang sembari memainkan ponselnya. Mengotak-atiknya dan menerima sebuah pesan line dari seseorang.

LeoGennesis: lo dmn?

DiasleyAquino: lgi nunggu ara mandi

LeoGennesis: ara siapa?

DiasleyAquini: ade tiri andrew

LeoGennesis: kok lo

DiasleyAquino: gue semalem nginep diapartmen andrew

LeoGennesis: gue udh dari tadi dirs

DiasleyAquino: vale ga ada?

LeoGennesis: tadi gue abis nganter cloe

DiasleyAquino: tunggu aja ntr lagi juga kesana

Suara gemercik air telah berhenti yang menandakan seseorang didalam sana akan segera keluar. Tak lama gadis itu keluar dari kamar mandi dan mempersilahkannya masuk. Ia masuk kedalam dan segera membasahi dirinya dengan air hangat karna cuaca cukup dingin. Tak beberapa lama setelahnya ia pun keluar dengan rambut yang basah tergulung handuk dikepalanya. Dilihatnya didepan jendela bening itu Ara sedang berdiri melamunkan sesuatu entah apa itu. Tatapannya kosong kearah jalanan yang beberapa ribu meter kebawah.

DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang