Dark (32)

2.9K 168 0
                                    

Dark 32

"Sore kak," tiga remaja yang sedang histeris tadi langsung tersenyum malu dan menunduk melihat ada dua kakak kelas mereka. Walau pun sudah kelas dua belas, mereka cukup mudah di temui dan di kenali.

"Kak Andrew kenapa di sini?" Salah satu yang menggunakan jedai itu berbisik pada Ara.

"Kak Diasley juga?" Tanya yang rambutnya di kuncir kuda. Ara memutar matanya malas. Fangilr temannya mulai kambuh.

"Kak, kenalin ini temen gue, Clara," Ara menunjuk yang menggunakan jedai tadi, "ini Ghia," sembari menunjuk yang rambutnya di kuncir kuda.

"Haii," sapa Diasley pada adik kelasnya. Andrew hanya menaikan satu alisnya meminta penjelasan pada Ara.

"Well, bang Andrew, kak Diasley, ini temen gue yang gue ceritain."

"Nice to meet," Andrew tersenyum sekilas kemudian kembali fokus pada ponselnya. Clara dan Ghia hanya bisa tersenyum canggung di samping Ara.

"Bang, Papa mana?" Tanya Ara pada Andrew.

Andrew melirik Ara, ia cukup malas satu ruangan dengan adik kelas fangirl seperti ini, "ke bawah cari makan," Andrew kembali fokus pada ponselnya, "abis temen-temen lo pulang kita balik."

"Ya kali, masi mau sama mama tapi," Ara memanyunkan bibirnya manja.

"Ntar malem kalo jadi gue kumpul sama anak basket," Andrew kembali fokus pada ponselnya. Membaca beberapa chat anak basket mungkin?

"Ya, tap–"

"Ra, gue mau ke toilet," bisik Clara pada Ara.

"Toilet di sana," Ara menunjuk sebuah pintu yang ada di dekat lemari.

"Yuk, Gi," Yang bernama Clara tadi menarik Ghia ke dalam toilet. Andrew mengerutkan alisnya heran.

Berdua? Dalam toilet?

"Lo masi basket?" Tanya Ara baru sadar, "Setau gue kelas dua belas gak boleh lagi ikut ekskul."

"Iya, gue juga bilangnya gitu, tapi dia tengil," Diasley menimpal dengan lidah yang menjulur dan memutar matanya.

"Ya kali gue tengil," Andrew mencubit hidung Diasley gemas.

"Lanjutin aja biar gue makin mancung," Diasley mengahadapkan wajahnya pada Andrew.

"Aww!" Diasley memukul lengan Andrew karna Andrew malah menekan hidungnya.

Andrew memegangi bekas kejahatan Diasley tadi, "jangan gitu ntar gue cium lo."

"Ya ancam gitu aja terus," Diasley memutar matanya geram.

"Gila, ganteng banget," terdengar bisikan sebelum pintu kamar mandi terbuka.

"Sayang aja pacaran sama kak Diasley."

"Emang pacaran?"

"Ya liat aja mesra benget," pintu kamar mandi tebuka.

"Lama banget di wc," Ara mengomeli sahabat-sahabatnya, "duduk di karpet aja ya, di sofa penuh sama badan bagong bang Andrew."

"Ya semerdeka lo aja bilang gue bagong."

"Abang gue pengertian."

"Laper gak?" Tanya Andrew pada Diasley yang masih merajuk.

"Ih, ngambek," Andrew mencolek pipi Diasley.

"Gak usah pegang!" Diasley melipat kedua tangannya di depan dada.

"Jangan ngambek, Pinces," Andrew duduk menghadap Diasley. Mereka benar-benar seperti orang pacaran sekarang.

DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang