Hari ini hari pertama sekolah setelah liburan semester dua mereka. Kini mereka sudah berada di kelas dua belas dan tidak ada waktu untuk main-main lagi. Mereka harus fokus untuk ujian nasional dan undangan universitas. Semua orang tau kelas dua belas adalah penentu untuk masuk ke universitas unggulan dan terbaik. Diasley, Leo, Andrew, dan Vale sedang makan siang bersama di kantin. Kali ini Vale memesan bakso, Diasley memesan mi ayam, Andrew memesan siomai, dan Leo memesan sate padang. Semua orang tau bahwa semenjak study tour, mereka berempat menjadi dekat satu sama lain. Tapi yang orang lain tak pernah tau bahwa, cinta itu tumbuh di hati mereka masing-masing. Perasaan sayang yang lebih dari seorang sahabat. Entah mereka yang pintar menyembunyikannya, atau mereka yang terlalu bodoh untuk menyadarinya.
"Eh," Leo mengacungkan lidi yang menusuk daging miliknya ke udara, "dari dulu, Diasley sama Vale itu udah jadi pacar gue!" Leo merangkul Diasley yang ada di sampingnya.
"Ya terus aja gitu, biar gue sama Diasley gak laku-laku," Vale memutarkan matanya. Diasley hanya tertawa terbahak-bahak sedang kan andrew hanya tersenyum simpul. Andrew kadang memang sedikit dingin. Di saat tertentu.
"Eh lo tau gak sih, mobil gue rusak," Diasley memanyunkan bibirnya mengingat tadi pagi ia berangkat sekolah menggunakan bus angkutan umum. Jangan pernah mengharapkan ia akan berangkat bersama Kimmy, apa lagi Gunawan.
"Trus lo ke sekolah naik apa?" Tanya Vale heran.
"Naik bus lah," Diasley memutar matanya dan seketika Andrew, Leo, dan Vale tertawa terbahak. Andrew kembali.
"Yo, ke kelas yu, gue belom tugas," pinta Diasley pada Leo setelah sukses memasukan sesendok mi ayam terakhirnya. Hari pertama sekolah, sudah ada tugas yang di berikan tadi pagi dan haru selesai hari ini.
"Demi apa lo udah ada tugas aja?" Vale melotot ke arah Diasley dan Leo tidak menyangka. Ini hari pertama sekolah, yang benar saja. Diasley mengangguk dan segera bangkit dari duduknya. Leo mengikuti apa yang dilakukan Diasley.
"Gue kekelas dulu, dah Best!" Diasley segera meninggalkan kantin.
"Gue juga duluan, dah," Leo mengikuti Diasley dari belakang. Mereka berdua berjalan berdampingan di koridor sekolah.
"Dias, ntar lo pulang bareng gue ya?" Pinta Leo pada Diasley yang berjalan di sampingnya.
"Gak usah, gue naik bus aja," Diasley menggeleng dan mengangkat tangan kanannya ke udara.
"Gak papa, serius," Leo meyakinkan Diasley.
"Cloe?"
"Biasanya juga dia di jemput sopir," Leo tersenyum senang.
"Dih, kok lo malah seneng," Diasley menggeleng-geleng melihat sikap Leo.
"Ya kan gue ga sen–"
"Leo!" Terdengar dari arah belakang suara yang cukup familiar bagi Diasley dan Leo. Mereka berdua yang sedang berjalan beriringan di koridor pun menoleh.
"Eh, Cloe," Diasley tersenyum manis yang membuat matanya melengkungkan senyuman pula. Cloe sedikit tersenyum. Senyum itu ia paksakan.
"Gue mau ngomong sama Leo bentar, ya," pinta Cloe pada Diasley yang kini bersama Leo.
"Oh, iy—"
"Gue kan lagi nganterin Diasley ke kelas, Cloe," Leo sedikit membantah.
"Sebentar aja," Cloe berbicara sangat hati-hati.
"Gak bisa, gue la–"
"Ih, gak apa-apa kali, Nyet. Lebay banget gue mau ke kelas aja musti di temenin," Diasley sedikit tertawa garing.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARK
Подростковая литература[Complete] Laki-laki itu menatapnya dari bawah sambil berbaring dipaha gadis itu. "Jangan bicara seakan-akan lo bakal pergi." "It's real life, i told you for many times, Andrew." Dan kini gadis itu berada dipelukan sahabatnya setelah beberapa bulan...