Chapter 10

2.7K 197 12
                                        


Apa sih yang terjadi tadi? Seperti mimpi semuanya. Aku benar-benar tak mengerti. Tiba-tiba si Ray baik, terus sekarang kayak orang lagi.

"Gue mau pulang sediri!" tegasku.

"Ya udah terserah lo deh. Paling ntar lagi lo bakal minta tolong. Dan jerit kesakitan," ucap Ray.

Gue STRONG kok, gue pasti bisa berjalan sendiri.

"Lo, masih aja cari masalah sama gue ya." Aku beranjak dari posisi duduk menuju posisi berdiri. Dan ternyata yang dibilang Ray itu benar. Sakit sekali rasanya.

"Awww..." rintihku sambil memegang kaki.

"Tuh la kan, bener kan gue bilang. Sini gue anterin," ucap Ray sambil membopongku.

"Weh, gila lo ya, no touching touching. Bukan mukhrim tau ngga! Dan gue ngga mau pulang sama lo," ucapku.

"No way, siapa juga yang mau sama lo BADAK. Udah diem lo sekarang," ucap Ray.

"Ray, sudahlah. Gimana kalau sama gue? " Zoey menawarkan diri.

"Lol..." ucapku.

"Ya udah Firyal, kamu mau pulang sama siapa? " tanya Ando.

"Aku mau pulang sama taksi," ucapku.

"Ngga boleh, nanti kalau lo diapa-apain gimana? " Perkataan Ray  membuatku terkejut. Kenapa dia jadi care gini ya?

"Emang lo bapak gue apa?? Udah, mau sampe jam berapa kita berantem sekarang?? Gue mau pulang. Titik. Terserah deh sama siapa," ucapku nyerah karena waktu juga sudah menunjukkan pukul 19.30.

"Ya udah sama gue aja," ucap Ray dan Zoey bersamaan mereka pun saling menatap, seperti ada peperangan antara mereka.

Nanti kalau Ray dan Zoey berantem jadi makin lama aku pulang. Udahlah kaki sakit, kepala sakit, hati sakit, bahkan perut pun sakit a.k.a lapar. Aku harus memilih yang lain. Terserah Firyal sama siapa, ikuti kata hati saja.

"Haduh. Males gue. Sama lo aja lah," ucapku sambil menunjuk Haln.

"Lah? Okay. Yuk sini gue bantu," ucap Haln.

Zoey dan Ray hanya menatap Haln dengan tatapan kejam nan sadis. Dan dari tatapannya itu berbicara "Haln!!!".

Haln pun membantuku berjalan sampai ke mobil. Lumayan baik juga dia. Dari pada yang ketiga tadi, yang super duper weird. Sepi banget tuh mobil hingga akhirnya.

"Grrrrllll. Grrrrlll. Grrrrlll."

"Sorry, sorry," ucapku. Ya karena itu bunyi dari kawan-kawanku yang berada di dalam sini. Sudah berdemonstrasi mereka.

"Hahaha. No problem. Mau makan dulu?" tanya Haln menawarkan.

"Ngga usah," ucapku menolak. Namun kawan-kawan disini tetap bernyanyi, bahkan jadi lebih keras.

"Sudah, makan dulu yuk. Aku traktir dah. Ngga apa-apa itu. Lagipula tadi pasti kamu pening lihat tingkah mereka kan," ucap Haln dengan senyumannya.

Haln mengajakku untuk makan malam di suatu tempat atau tepatnya di pinggiran jalan atau kaki lima. Yang sekarang kupikirkan itu, kenapa dia beda dari yang ketiga orang tadi. Lebih baik ku tanya aja.

"Haln, Lo kok beda sama mereka?" tanyaku.

"Hehehe, sebenarnya aku ngga beda, karena kami berasal dari darah yang sama a.k.a kami itu saudara satu ibu satu bapak. Plus jangan sebut lo-gue, lebih sopan kamu-aku aja," ucap Haln

What!!!! Mereka bersaudara. Tapi kok ngga ada yang mirip ya. Aneh. Sambil makan kami bercerita. Hingga muncul satu pertanyaan baru di otakku.

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang