Chapter 18

2.1K 149 34
                                    


'Agar tak terluka, jangan terburu-buru ketika menentukan pilihan hati. Karena jika hati terluka, mungkin akan sembuh dalam waktu yang lama.'

~~~~~

Pagi hari pun datang. Firyal bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Kemudian ia sarapan. Namun ada yang aneh pagi ini. Firyal tidak menemukan sosok abang sulungnya Rafael. Hanya ada abangnya Jufti. Firyal berpikir kemanakah gerangan abangnya itu?

"Kak Rafael kemana, kak?" tanya Firyal.

"Ga tau tuh, " ucap Kak Jufti.

"Jangan-jangan Kak Rafael sakit," ucap Firyal.

"Kecapean mungkin. Kan semalam dia beres-beres sampai jam 5 pagi," ucap Kak Jufti.

"Ya ampun, pantes aja ngga nampak batang hidungnya," batin Firyal

"Firyal perginya sama siapa kak?" tanya Firyal.

"Tenang aja. Nanti juga ada yang datang, " ucap Kak Jufti.

Ting Tong....

"Masuk aja," ucap Kak Jufti.

"Iya," jawabnya.

"Siapa sih kak??" tanya Firyal.

"Coba lihat ke belakang!" kak Jufti

Firyal POV
Gue pun membalikkan badan dan dia datang kembali? Untuk apa?
"Hai."

"Lo," ucapku terkejut.

"Kenapa? Terkejut ya??" tanyanya.

"Ya iyalah," ucapku kesal.

"Ngapain disini??" tanyaku

"Mau jemput lo dong, So what," jawabnya.

"Kirain mau mangkal di tempat ojek sana," ucapku.

Siapa sih sebenarnya cowok yang membuatku judes banget. Pasti pda penasaran kan. Ray?? Insha Allah bukan kok. Akhra?? Mungkin, tapi kita lihat aja nanti.

"Ya udah ayo, bro pergi dulu ya," pamitnya kepada kak Jufti.

"Iya hati-hati," ucap kak Jufti.

"Bye kak," ucapku.

Aku pun pergi bersama si tuyul satu ini. Aku aja ga tau kenapa bisa ketemu sama dia lagi. Kayaknya gue udah berdoa supaya dia pergi jauh-jauh dari kehidupan gue.

"Thanks ya," ucapku.

"Yoi mbak bro," jawabnya.

"Ya udah sana pergi, nanti lumutan lo disini," ucapku mengusirnya.

"Iya-iya, eh tapi ngapain gue pergi, orang gue sekolah disini juga kok. And nanti lo pulang bareng gue." Ucapan nya membuatku terkejut. Sejak kapan dia sekolah disini. And kenapa gue ngga pernah lihat mukanya di sekolah ini ya? Ah biarkan.

"What!No way! Sejak kapan lo sekolah disini?"

"Tidak penting lo tau. Pokoknya lo pulang sama gue. Titik ga pakai koma," jawabnya.

Aku langsung meninggalkan si tuyul itu. Menuju ke kelas dan mengambil topi lalu nongkrong di kantin.

"Huh...." batinku.

"Ngapain lagi si tuyul itu datang lagi. Malah pake pulang bareng segala lagi," omelku sendiri.

"Hi," ucap seseorang.

"Apa lagi," ucapku refleks.

"Ok fix. Marah ya sama aku." Ia mendengus kesal. Aku langsung melirik ke arah suara tersebut.
Astaga. Tau ngga siapa yang kumarahin? Kevan guys. Ini semua gara-gara si tuyul itu.

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang