Chapter 28

1K 65 9
                                    

Akhra POV

Sudah beberapa hari aku mencoba untuk biasa aja dengan Firyal. Rasanya ku semakin tidak tahan dengan semua ini. Rasa suka dan sayang ini semakin besar adanya. Belum lagi, Firyal semakin dekat dengan Kevan. Ya, aku cemburu. Wajar dong, tapi aku sadar aku bukan siapa-siapa dihidupnya. Aku hanya sebagai lalat pengganggu yang selalu ada disekitarnya.

Sama seperti pagi ini, dia ke kantin bareng dengan Kevan dan kawannya Dicky. 

"Aku harus bergerak sebelum aku ketinggalan."

"Jas, menurut lo, gue harus gimana? Gue seperti orang bego begini terus. Masa lo ngga kasihan sama gue." Gue meminta saran dari sahabat gue. Dia selalu lancar menghadapi kehidupannya, sedangkan gue?

"Ya gitu Ra. Lo selesaikan dulu satu masalah lo dengan Erise. Baru lo ke masalah yang satu lagi." Jason mengeluh kesal ke gue.

"Hahaha, betul juga lo bilang bro." Gue berpikir sejenak , kemudian mendapatkan cara untuk menyelesaikan masalah dengan Erise.

"Lo Ra, sekarang datang ke gue kalau ada masalah aja. Pas udah enakan guenya ditinggal. Lo sahabat macam apa sihh," ucap Jason kesal.

"Ulu-ulu. Ada yang cemburu nihh karena ngga ada pacarr," ejekku.

"Apaan sihh lo, gue malah lagi mendekati si Rena. Tuhlahh. Kabar sahabatnya sendiri ngga tau dia." Kami bercanda hingga bel masuk berbunyi.

*****

Sepulang sekolah, gue melihat Firyal mendatangi kelas Kevan. Sakit hati gue, namun tak berdarah. Gue harus cepat bertindak, sebelum gue kehilangan orang yang gue sayangi lagii.

"Erise," panggilku.

"Ehh, Akhra," jawab Erise kikuk. Ya kami belum pernah berbicara kembali semenjak kami putus.

"Erise, ikut gue dulu yuk. Sekalian mau meluruskan permasalahan kita yang waktu itu," ucapku dengan tampang serius. Kurasa Erise takut dengan tampang seramku ini.

"Ehh, iya," ucap Erise. Kami pun pergi menuju ke restoran.

Sepanjang perjalanan ke restoran kami hanya berdiam diri dan tidak berkutik satupun. Hanya lantunan musik dari radio lah yang bisa menyelamatkan kesunyian di mobil ini. Hingga sampai di restoran pun kami masih berdiam diri.

"Come on Akhra, you are a gentle man. Kamu harus berani," batinku.

"Erise," panggilku.

"Ya?" Jawabnya.

"Aku mau minta maaf ya atas kejadian waktu itu. Aku hanya takut kamu berbohong saat itu, tapi aku udah tau cerita si brengsek itu dari Firyal." ucapku menyesal.

"Aku udah maafin kok dan juga aku mau minta maaf Akhra. Maaf aku belum bisa jadi yang terbaik," ucap Erise.

"Jadi kamu udah maafin aku?" tanya ku terkejut.

"Ya," jawabnya singkat. Sebenarnya ada satu hal yang ingin sekali ku tanyakan kepadanya. Namun mungkin belum saat yang tepat. Ntar aja dehh.

Kami menikmati makanan hingga kenyang, kemudian pergi ke les.

Tapi sebelumnya kami pergi membeli minuman terlebih dahulu.

"Akhra, ada apa? Kayaknya dari tadi ada yang mau kamu sampaikan? Ayo cerita, aku pasti dengerin kok." Sepertinya Erise bisa membaca pikiranku.

"Erise, maaf sebelumnya. Gue juga belum bisa jadi yang terbaik untuk kamu," ucapku.

"Iya, aku mengerti kok. Tapi apa cuma ini yang ingin kamu sampaikan? Aku bisa lihat kamu masih gelisah Akhra," jawab Erise.

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang