Chapter 26

1.4K 74 12
                                        

Mereka menghabiskan banyak waktu di taman itu. Seakan lupa dengan semua masalah yang sedang mereka hadapi sekarang dan seakan mereka lupa kalau mereka musuhan serta bolos sekolah. Mereka saling bercanda dan tertawa.

"Akhra, lu tau ngga?" tanya Firyal sambil menatap bunga matahari yang ada disana.

"Ngga," jawab Akhra singkat.

"Ngeselin, ngga jadi dehh," ucap Firyal kemudian mencubit Akhra

"Aww. Maaf dehh, ngambek nihh yee," ledek Akhra.

"Nyebelin. Padahal ngga mau berantem disaat ini. Lu selalu buat masalah." Firyal menatap bunga matahari di sana kemudian tersenyum.

"Maafin akang ya teteh Firyal," ucap Akhra dengan nada yang amat sangat lebay.

"Tolong beri aku air siapapun!!! Pengen kali kusiram juga nih anak. Dah konslet dia ya," batin Firyal sambil tertawa kecil.

"Jadi apaan tuh yang diketawain? Dan apa tadi yang mau kamu kasih tau?" Akhra menanyakan banyak hal. Seakan dia tau semua yang ku pikirkan.

"Makasih ya." Ucapan sakral yang tiba-tiba keluar dari mulut Firyal dan tanpa ia sadari. Fir, lu kenapa? Tiba-tiba bilang terima kasih.

Sebelum Akhra mengeluarkan satu patahkata. Firyal langsung menyela percakapannya.

"Akhra, lu tau ngga. Gue suka banget sama bunga matahari ini. Ini bunga kesukaan gue. Selain bunga ini warnanya indah, dia selalu mengikuti kemana arahnya matahari. Seakan-akan tidak takut akan hal-hal merugikan dari matahari seperti panas, sinar UV. Gue mau kuat seperti bunga matahari. Namun gue udah ngga sanggup lagi Akhra." Firyal seakan curhat ke Akhra akan hidupnya.

"Gue tau Fir, lu udah coba yang terbaik. Cuma ini udah melewati batas kemampuan lo. Dan lo udah ngga bisa menahan semua itu. Lo butuh tempat untuk mencurahkan semuanya. Semua masalah yang selama ini lo tanggung. Ceritakan semuanya ke gue Fir." Akhra meyakinkan Firyal agar ia mau menceritakan semua masalahnya.

"Akhra, gue pasti bakal cerita. Tapi kalau gue udah siap mental," jawab Firyal sambil tersenyum.

*****

Akhra POV

Aku tidak pernah melihat Firyal sebahagia ini. Biasanya ia hanya melamun dan melamun.

"Gyurrrr...." Perut Firyal sudah berbunyi. Ia melihat jam dan sudah menunjukkan pukul 12.00, sudah siang ternyata. Dan mereka bolos sekolah.

"Hahahaha, lapar ya Firyal? Ayo ke rumahku. Mama masak banyak lohh," tawar Akhra.

"Akhra, setelah lo membuat gue bolos, lo juga mengajak gue ke rumah lo," ucap Firyal kesal.

"Udah. Shhhh." Aku langsung menarik tangan Firyal menuju ke mobil.

"Akhra, lo bener-bener dah kayak penjahat yang nyulik orang. Main tarik-tarik lagi. Lepasin tangan guee." Firyal merintih kesakitan.

"Maafin gue fir, bukannya gue ngga mau ngelepas lo. Tapi lo tuh susah untuk digapai, apalagi sama orang kayak gue," batinku.

*****

Aku membawanya ke rumah untuk makan siang. Selama di mobil kami hanya diam-diaman. Setiap ku melihat wajah Firyal. Tampak bahagia, namun sebenarnya ia sedih. Karena ia ingin aku dengan sahabatnya Erise. Namun, ku tak bisa membohongi perasaanku lagi. Perasaan yang selama ini ku tutupi.

*****

Firyal POV

Akhra mempersilahkanku masuk. Sudah tercium aroma masakan mamanya Akhra dari depan pintu pagar. Memang ibu idaman. Andaikan mama dan papa disini. Tahan Firyal, don't cry.

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang