Chapter 24

1.8K 84 23
                                    

Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Kadang dia datang disaat yang tidak tepat.

Kak Obiet, dan ketiga abangnya selalu bergantian untuk menjaga Firyal. Setiap hari aku, Jason, dan Abil selalu datang ke Rumah Sakit untuk mengajarkan Firyal pelajaran yang telah dilewatinya.

Firyal selalu bertanya, "Gue masih bisa main gitar nggak ya Khra?". Aku tau, ia sangat sedih dengan keadaannya sekarang. Aku pun berencana menyanyi dan bermain gitar untuknya. Hari ini Jason tidak ikut denganku.

"Bil, bantuin gue bawain nih gitar, berat banget," ucapku

"Lo tuh ya Khra, tetep sama aja jadi manusia ngga ada kasihannya. Ngga lo liat, gue tuh cewek, lo harusnya lebih kuat dari gue kek," jawab Abil yang kesal dengan tingkah ku.

Bagaimana tidak, aku hanya membawa sebuah buku, sedangkan Abil aku suruh membawa gitarku dan dia juga membawa tasnya yang amat banyak. Ada tas makanan dan tas buku.

Aku hanya menghela napasku.

"Iya deh, gue kalah, gue nyerah. Kalau sama lo gue yang kalah deh," ucapku pasrah. Kemudian aku mengambil gitar dari genggaman Abil.

"Nah, gitu kek dari tadi," ucap Abil sambil menahan tawa.

Kami pun menyusuri koridor rumah sakit.

****

Dengan wajah yang tadinya muram, Firyal menyambut kami dengan senyuman.

"Hei," ucap kami berdua.

"Ah, kalian-kalian aja pun terus. Apa kalian ngga bosan sama aku? Ini lagi si Abil, udah ku suruh lupain aja aku dan ngga usah lagi contactan. Malah ngga, ngga ada temen kan jadinya." Firyal selalu mengomel sendiri saat kami datang.

"Hahahaha," kami hanya bisa tertawa melihat tingkahnya. Firyal hanya cemberut dan membuat pipi chubby nya kelihatan.

"Lucu," batinku, Oh My God! What I'm thinking about.

"Fir, lo kan kangen sama petikan gitar, gue bawa nihh." Aku memperlihatkan gitar yang selalu aku mainkan, pemberian dari Seline.

"Khra, ini? Gue boleh mainin?" tanya Firyal.

"Eits, nope, ngga boleh," jawabku sigap.

"Terus, siapa yang mainkan?" tanya Firyal. Tampak dari wajahnya keheranan yang sangat tinggi.

"Ya gue la, orang gitar gue juga." jawabku sambil menampakkan deretan gigi pepsoden *eitssebutmerk.

"Lho? Lo bisa main gitar Khra? Kok? Gue ngga pernah tau?" ucap Firyal terbata-bata.

"Kan kita musuhan dulu."

"Hahahaha iya. Jadi lo mau nyanyi apa?" tanya Firyal.

"Bahagia - GAC. Biar lo bahagia Firyal Nazhifa," ucapku. Ku lirik Firyal, ia hanya tersenyum.

"Hai hai apa kabar kawan
Siapkah kau untuk melangkahi masalahmu hadapi esok pagi
Hai hai apa kabar kawan
Siapkah kau untuk melangkah kemasa depan menantikan pelangi

Percayalah kawan esok kan berbeda
pasti kan engkau mencoba
Buat mimpimu jadi nyata oh nyata
Kita semua pasti bisa asalkan kita melangkah
Sambut hari yang indah

Marilah kita mensyukuri semua berkat Tuhan hidup ini
Kita bahagia kita bahagia
Bersama hangatnya mentari nikmati dan lukiskan memori
Kita bahagia kita bahagia
Ba ha gia iya
Ba ha gia iyaiya
Ba ha gia hoyeee"

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang