Firyal pun kembali beraktivitas seperti biasanya. Namun, ada yang berbeda dengan sikap Akhra kepada Firyal. Ia agak lebih pendiam dan hanya memperhatikan Firyal dari kejauhan. Disaat Firyal bersama Kevan dan Dicky. Mereka juga sudah jarang sekali berantem. Akhra juga sekarang lebih bisa mengontrol emosinya dan banyak bercanda dengan sahabatnya Jason. Tidak lupa dengan Kevan yang semakin mendekati Firyal.
"Fir, kamu kenapa? Kok sering melamun?" tanya Kevan sambil menatap Firyal di depannya.
"Hahaha. Masa sih? Kevan nanti ada yang mau gue omongin," ucapku kepada Kevan yang lagi menyantap baksonya.
"Aku sudah siap apapun jawaban kamu nanti Firyal," jawab Kevan dengan senyuman khasnya.
"Guys, gue ke kelas duluan ya," ucap Firyal kemudian meninggalkan yang bersamanya, Kevan dan Dicky.
"Firyal kenapa sih Van?" tanya Dicky.
"Aku merasa sejak dia kehilangan sahabatnya. Dia tidak seceria dulu. Firyal yang selalu mengejarku dan ingin mendapatkan perhatian dariku." Kevan memandang bayangan punggung Firyal yang semakin jauh dari kasat mata.
"Dia udah terlalu menderita ya Van. Belum lagi masalahnya dengan si Yovie, sepupu lo," ucap Dicky.
"Pokoknya bakal gue jaga dia kalau dari si perusuh itu. Gue dah ngga tau lagi berapa banyak anak perempuan yang udah diganggunya. Semuanya hanya digunakan untuk mainannya saja. Kalau bisa, gue pun ngga mau bersaudara dengan dia." Kevan sangatlah membenci saudara sepupunya itu.
"Van, kita balik juga yuk," ajak Dicky sambil melihat ke arah jam yang ada di kantin.
"Yuks." Kevan dan Dicky pergi meninggalkan kantin.
*****
Firyal POV
Aku melewati berbagai aktivitas disekolah seperti biasa. Sepulang sekolah aku pergi ke kelas Kevan.
"Van, lihat tuh. Siapa yang datang." Dicky menunjuk ke arahku.
Aku hanya tersenyum kemudian melambaikan tangan.
"Gue duluan ya Dicky." Kevan berlari ke arah ku berdiri.
"Udah lama Fir?" tanya Kevan.
"Ngga kok Kev, baru aja sampe guenya." Aku tersenyum kepada Kevan. Kenapa perasaanku yang dulu tidak bisa kembali lagi? Apa karena Akhra? Kenapa harus dia lagi yang ada di otakku? Tolong memory hapuslah si Khera busuk itu dari otakku.
"Mau kemana Fir?" tanya Kevan.
"Ke taman dimana kamu, Jessie, dan gue bertemu," jawabku. Tampak dari wajah Kevan kalau ia terkejut dengan perkataanku barusan.
"Kamu beneran mau kesana?" tanya Kevan memastikan.
"Hahaha. Beneran kok Kevan," jawabku diselangi dengan tawa kecilku.
"Oke deh. Ke parkiran dulu kita." Kevan menggandeng tanganku. Aku sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan Kevan. Namun, tidak ada yang berubah dari hati ini.
Kami pun berjalan menuju ke parkiran kemudian pergi menuju taman yang merupakan saksi bisu kemarahanku yang tidak diperlukan sebenarnya.
"Ahhh. Tempat ini." Aku melihat ke sekitar taman. Tepat saat itu aku memarahi Jessie dan Kevan.
"Duduk yuk Fir," ajak Kevan. Aku hanya mengangguk kecil.
"Kev, inget ngga? Dulu disini kamu dengan santainya bilang 'aku kan pacarnya dia'," ucapku memulai pembicaraan.
"Iya, ingatt. Kalau lah gue ngga mengatakan itu, mungkin kalian masih bersahabat saat itu." Kevan meratapi kesalahannya.
"Sudahlah, memang waktu kemarin itu guelah yang salah Van, kalau lah gue ngga terlalu mengagumi kamu pasti tidak akan seperti ini." Aku menyalahkan diriku yang sudah terlalu sensitif terhadap semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Jadi Cinta
Teen FictionKamu tak perlu memiliki segalanya untuk bahagia, karena yang kamu butuh hanya seseorang yang mampu buatmu tersenyum disaat terluka. ~Firyal Nazhifa Hal yang paling disesalkan adalah ketika kita selalu mencari seseorang yang sempurna untuk kita pad...