PART 3 (ENGAGEMENT)

17.6K 616 15
                                    

Hai readers ku tercinta.. How re u guys?... sorry ya dh lama gag update ... ( sok sibuk eceknya) ....
Oh ya diatas itu kok ada aggreement yaa... kira kira itu perjanjian apa? Dari pada penasaran langsung aja yuk cek it out

Mohon vote dan comment nya ya biar aku semangat terus lanjutinnya

KEESOKAN HARINYA

AUTHOR POV

"apa kau yakin?"

" ya tentu saja. Apa kau punya jaminannya?"

" ya aku punya. Apa dia orang kaya?"

" hemmm... bukan lagi kaya tapi sangat kaya"

" apa dia baik?"

"kalau dibilang baik sih, aku masih belum yakin"

"apa dia punya hati ?"

" kau mau pinjam uangnya atau mau mewawancarainya sih?"

"hemm okey baiklah ,thanks man"

ALDEAN POV
Hari ini aku bekerja dengan keadaan senang luar biasa. Karena masalah kemarin telah diselesaikan dengan sempurna oleh anak buahku.

Ya kini perempuan itu telah tiada. Aku menyuruh mereka membunuh wanita itu dan pasti anak yang dikandungnya ikut terbunuh. Aku sangat senang akan hal itu.

Lalu mereka menguburnya diam diam tanpa diketahui siapapun. Siapa suruh dia menentang perintahku. Inilah akibatnya jika melawan perintahku. Dari dulu hingga sekarang tidak ada yang berani menentangku. Jika saja ada yang sekali kali menentangku maka kupastikan dia akan lenyap saat itu juga.

Tiba tiba terdengar ketukan di pintu ruang kerja kantorku, datanglah seseorang yang dimaksud temanku tadi ditelepon. Aku tetap fokus pada layar laptopku tanpa mengalihan pandangan kearahnya.

"silahkan duduk" kataku tidak memperdulikannya.

" terimakasih" jawabnya.

Aku langsung melihat kearahnya. Lumayan juga wajahnya. Tapi dari perawakannya aku yakin dia berada satu atau dua tahun diatasku. Dari tampangnya aku yakin pasti ada sesuatu yang dibutuhkannya.

Apalagi kalau bukan uang.

"Berapa ?" tanyaku langsung sambil menyandarkan punggungku ke kursi yang empuk ini dengan bolpoin berada di tanganku.

Aku sudah tahu karena tadi temanku Ricky mengatakan bahwa dia memiliki seorang teman yang sangat butuh uang.

Perusahaanku bukanlah jasa peminjaman uang. Namun kerena aku memikirkan temanku Ricky makanya aku menolongnya.

"saya mau minjam tujuh ratus juta "

Apa? Cuma tujuh ratus juta. Ngapain juga dia kesini kalau cuma minjam tujuh ratus juta. Kirain mau minjam miliaran, eh gak taunya cuma tujuh ratus juta. Itu sih kecil, tapi meskipun kecil aku tidak boleh langsung mempercayainya begitu saja.

"oke aku akan memberikannya. Apa jaminannya?" kataku langsung padanya.

" jaminannya adik saya" katanya tanpa ragu ragu.

Loh , apa maksudnya nih? Seumur hidupku baru kali ini yang aku dengar ada orang yang menjadikan adiknya sebagai jaminan. Tapi aku jadi penasaran nih dengan jaminannya.

"wanita atau pria? Masih kecil, ramaja atau dewasa?" kataku semakin penasaran dengan hal tersebut.

" wanita dewasa" katanya yang sukses membuat mataku melotot sekaligus senang dengan hal ini. bagaimana tidak, jika dia tidak mampu membayarnya maka wanita itu akan menjadi milikku dan dengan bebasnya aku bisa lakukan apapun padanya terlebih kalau dia cantik dan seksi. Sudut bibirku semakin tertarik membayangkan hal ini.

" oke akan aku pinjamkan tujuh ratus juta, tapi kau harus mengembalikan uangnya dua minggu dari sekarang, bagaimana?" sengaja kuberikan tenggang waktu yang sedikit agar dirinya tidak mampu mengembalikan uang tersebut.

" baiklah " katanya mantap. Bagaimana bisa dia menerima penawaranku begitu saja. Apa dia yakin dia dapat mengembalikan uang itu secepatnya.

Ah ..bagaimana ini, kenapa aku tidak memberikannya waktu seminggu saja atau bahkan tiga hari agar dia tidak bisa mengembalikan uang itu. Ya sudahlah ngapain dipikirkan sekarang lihat saja nanti.

"tinggalkan kartu pengenalmu disini" kataku padanya agar dia tidak menipuku sekaligus agar aku dapat menyelidiki wanita itu.

"ini" katanya sambil meletakkan kartu identitasnya diatas meja kantorku.

"Sekedar mengingatkan, adik saya tidak dapat melihat"
Lanjutnya.

"apa? Jadi wanita itu buta. Ini adalah penghinaan bagiku. Itu sama saja kau menjadikan sampah sebagai bahan jaminanmu." Kataku to the point pada nya.

" HEY BERHENTI MENGATAI ADIKKU" katanya dengan wajah marah. Apa? berani beraninya dia meneriakiku.

"kelakuanmu sungguh tidak sopan" kataku sambil menepuk meja kerjaku dengan amarah yang tiba tiba muncul karena belum pernah ada orang yang berani meneriaki ku seperti itu.

"baiklah, maafkan aku" katanya sambil menenangkan dirinya agar tidak menimbulkan amarah lagi. Kucoba untuk menenangkan diriku. Bagaimana ini?

Jadi wanita itu buta makanya dia dengan mudahnya menjadikan adiknya sebagai jaminan. Itu sama saja jika dia tidak bisa mengembalikan uangnya berarti aku mengambil alih tugasnya merawat wanita buta yang sengsara. Berarti dia mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Disatu sisi dia bahagia karena tidak mengurus cewek buta yang mungkin sangat merepotkan bagi dirinya karena cewek itu beralih dirawat olehku dan disisi lain dia dapat berpuas puasan dengan uang itu.

Aku bingung saat ini. Aku kemudian mengambil kartu identitas yang sudah diletakkannya sejak tadi di hadapanku. Aku melihat namanya.

Rendy Orlando

ORLANDO? Aku mengernyitkan keningku.

Aku melihat tempat lahirnya untuk memastikannya. Ternyata benar.
Pertanda apa ini? Senyum miring tampak di wajahku.

Aku langsung mengambil cek di dalam laci meja kantorku kemudian kulengkapi isinya.

"Ini" langsung saja kuserahkan cek berisi bilangan tujuh ratus juta rupiah padanya.

"Terimakasih" jawabnya sambil mengambil cek tersebut kemudian mencoba menjabat tanganku, namun aku tidak membalasnya. Kemudian dia meninggalkan ruanganku. Terlihat punggungnya hilang di balik pintu ruanganku.

Kusandarkan kembali tubuhku di kursi mencoba menenangkan pikiranku saat ini. Kuacak rambut ku frustasi. Baru saja satu masalah kelar, ini sudah muncul masalah baru lagi.

Aku masih belum mengerti maksud dia menjadikan adiknya sebagai jaminan. Dan mengapa dia sangat yakin bisa mengembalikan uang itu dalam seminggu? Bukannya keluarga mereka sudah bangkrut?

Tiba tiba sebuah niat jahat pun terlintas begitu saja dipikiranku. Kenapa aku tidak menjadikan wanita itu sebagai tameng kebencianku kepada keluarganya.

Dengan begitu setiap hari aku bisa melampiaskan kebencianku terhadap wanita buta tersebut.

Setiap saat kapan saja aku mau, aku dapat menyalurkan kebencianku itu pada satu wanita yang merupakan bagian dari keluarga itu.

Baik fisik maupun batinnya harus aku pastikan tersakiti. Jika lelaki itu tidak mampu membayar hutangnya berarti aku akan bebas melakukan apapun pada wanita itu sampai kapanpun.

Terlebih lagi dia buta. Dengan begitu kesakitan akan terus dia rasakan setiap harinya. Mudah mudahan saja pria tadi tidak mampu mengembalikan uang yang dipinjamnya. Atau kubunuh saja dirinya biar keadaan ini bisa kumanfaatkan. Tiba tiba muncul seringaian bejat dari bibir tipis ku.

DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang