Part 31 (Hurt 1)

6.6K 348 134
                                    

Haiii readers kuuu 😘
Malam mingguu...part baruu hehe
Jangan bully aku nulis part yg lagi lagi menyakiti hati Tiara lovers...
Badai pasti berlalu kok...
Jadi santuy ae...
Check it out...

Udara malam yang semakin mengilukan tulang membuat seorang wanita yang tadinya menunggu suaminya di teras berpindah masuk ke dalam rumah. Rasa sayang yang luar biasa kepada orang tersebut mengalahkan rasa sayang terhadap dirinya sendiri yang butuh istirahat di tengah kondisinya yang sedang hamil.

Sofa ruang tamu menjadi pilihan yang tepat untuk sekedar merebahkan punggungnya yang keram sambil menunggu orang yang dimaksud.

Usia kandungan yang mulai memasuki bulan kelima membuatnya semakin sering mengelus perutnya yang kian membesar. Tidak ada yang lebih indah selain melakukan kegiatan itu yang sudah menjadi rutinitasnya akhir akhir ini. Tersenyum sambil menikmati gerakan janin adalah kenikmatan luar biasa yang telah Tuhan berikan kepadanya.

"Awww... kamu bergerak nak" ujarnya dengan mata berbinar sambil merasakan gerakan tersebut. "Kita tunggu Papa di sini saja ya sayang sebab di luar sangat dingin" lanjutnya.

15 menit sudah berlalu sejak dia pindah ke dalam rumah namun belum menemukan tanda tanda orang tersebut pulang.

Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Tiara masih setia menunggu suaminya di sana. Sembari menunggu dia sedang asik menikmati pembicaraan dengan janinnya.

"Sayang, Papa kamu belum juga pulang ni. Apakah Mama harus memarahinya ketika sudah datang? Haha" Tiara tertawa lepas. Walau terdengar konyol berbicara satu arah seperti itu, dirinya yakin janin di kandungannya bisa mendengarkannya.

Bi Minah pernah berkata padanya, sesering mungkin menjalin komunikasi dengan dede di kandungan karena dengan begitu meningkatkan kebatinan antara ibu dan bayi. Tiara kembali tersenyum mengingat nasihat Bibi.

Klakson mobil terdengar cukup keras dari arah luar dan membuyarkan lamunan Tiara seketika. Senyum semakin merekah di bibirnya karena orang yang ditunggu tunggunya telah tiba.

Ingin terlihat cantik ketika berjumpa dengan suaminya, dia membenarkan cepolan di rambutnya yang sedikit berantakan saat dirinya duduk bersandar di sofa. Sebenarnya dia juga tidak tahu apakah dia katagori wanita yang cantik atau biasa saja. Bahkan dia sudah lupa rupa wajahnya seperti apa ketika berumur 8 tahun yang lalu.

Namun yang masih diingatnya, dulu Kak Rendy pernah berkata bahwa pria itu suka melihat wajahnya diam diam, walau yang sedang dilihat juga tidak sadar. Lalu Tiara berkata mengapa. Dan pria itu mengatakan karena dirinya memiliki wajah yang sangat cantik. Namun wanita itu tidak percaya, dia yakin kalau kakaknya mengatakan itu karena ingin menghiburnya saja.

Bukan hanya kakaknya Rendy, ternyata Bi Minah juga mengatakan hal yang sama. Bibi bahkan terang terangan mengatakan bahwa dirinya sangat menyukai senyuman Tiara. Ya, bibi sangat menikmati senyuman manis dengan mata sabit khas dirinya. Senyuman yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya merasa damai.

Tiara mengeratkan kembali cardigan hangat peach di tubuhnya yang sedikit terbuka lalu mulai berjalan ke arah pintu utama.

Pria yang sedang ditunggu akhirnya tiba juga. Suaminya membuka pintu dengan tergesa lalu tatapannya langsung jatuh pada sosok wanita yang tak lain adalah istrinya yang sedang berdiri di sana.

"Mengapa pulang sangat larut Mas?" tanya Tiara sambil tersenyum. "Sini tas kamu, biar aku yang bawa" lanjutnya sambil menadahkan tangan ke arah suaminya.

"Banyak kerjaan" ketus pria itu menatap jengah istrinya. Aldean kemudian memberikan tas yang dimaksud.

Bagai mendapat sesuatu yang berharga ketika merasakan tas suaminya sudah berada di genggamannya saat ini. Tiara kembali tersenyum. Setidaknya membuatnya merasa yakin bahwa suaminya menaruh percaya padanya. Walau mengalami kesulitan membawa benda itu karena berat tidak membuat wanita itu menyerah. Aldean juga tidak merasa iba melihat istrinya membawa benda berat itu ditengah kondisinya yang sedang hamil.

DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang