AUTHOR POV
Pagi hari
Aldean sudah bangun lebih dulu dari Tiara. Dia masih setia berbaring di ranjangnya tanpa berniat untuk bersiap siap ke kantor. Pria itu tengah memperhatikan perempuan di sampingnya. Lama dia seperti itu.
Apa dia baik baik saja?
Pikir Aldean dalam hati. Sudah jam 6 pagi, namun perempuan yang sudah menjadi istri jaminannya itu belum kunjung terbangun. Tidak seperti biasanya.
"Hei buta, ayo bangun, siapkan perlengkapanku" akhirnya Aldean membuka suaranya.
Tiara sedikit menggerakkan badannya lalu ketika matanya terbuka dia mengkerutkan dahinya.
"aku kurang enak badan Mas, aku tidur dulu ya sampai jam 8, biar Bi Minah yang menyiapkan perlengkapan kamu" tangannya kemudian memijit pelipisnya.
"ALASAN, bangun sana, aku mau kau yang menyiapkan semuanya" perintah Aldean secara otoriter.
Baru saja tadi malam pria itu terlihat lembut, namun pagi ini Aldean kembali ke sifat asalnya.
Tiara benar benar kurang enak badan pagi ini. Dia tidak tahu mengapa, tapi dia meyakini pasti ada hubungannya dengan hipotermianya kemarin malam. Aldean dengan kejinya menguncinya di dalam kamar mandi selama berjam jam dengan pakaiannya yang basah kuyup.
Tidak ingin mendengar teriakan Aldean lagi, kini dia sudah bangun dari tidurnya. Aldean kemudian berdiri dan mulai berjalan ke arah kamar mandi. Sebelum masuk, dia memastikan lagi kalau perempuan itu telah beranjak dari tempat tidur.
Enak sekali dia, dengan alasan kurang enak badan, dia ingin absen dalam pekerjaannya mengurusi keperluanku.
Aldean melihat sekilas wajah wanita yang tengah berjalan ke arah lemari mempersiapkan pakaian kantornya, dan meyakini kalau perempuan itu terlihat lebih pucat pagi ini.
BODO AMAT
Tiara kemudian berjalan ke arah dapur dan mulai membuatkan sarapan untuk suaminya. Melihat wajah nyonya nya yang begitu pucat membuat Bi Minah melarang Tiara untuk masak pada hari itu dan membiarkannya beristirahat.
"Non Tiara kurang enak badan ya? Biar Bibi saja yang masak untuk hari ini, Non bisa istirahat" Bi Minah mengarahkan Tiara untuk duduk di kursi terdekat di dapur.
Ketika memegang tangan Tiara, Bi Minah kaget karena badan istri majikannya sangat panas begitu juga dahinya.
"Iya Bi, aku pusing banget pagi ini, perut ini juga tidak seperti biasanya, aku yakin sepertinya aku masuk angin akibat tadi malam."
Lama mereka berbincang kemudian Aldean kini tengah menuruni anak tangga dengan memegang jas eklusif berwarna coklat ditangannya. Kemeja putih yang sedang membalut sempurna badan atletisnya ternyata masih belum sempurna dikarenakan masih belum bertenggernya sebuah dasi di lehernya itu.
"TiARA, DIMANA DASIKU?" Teriak Aldean ketika berjalan menuju dapur mencari keberadaan wanita itu.
"Kamu bisa mencarinya di dalam lemari pakaian Mas" Tiara menjawab pertanyaan suaminya dengan nada lemah, hanya itu tenaga yang dimilikinya.
"Anak TK juga tahu dasi ada di dalam lemari pakaian. Ambilkan dasiku !!!" perintah Aldean sambil duduk di meja makan.
Tiara menarik nafas sejenak. Sebenarnya dia tidak punya tenaga lagi untuk naik ke lantai atas ditambah lagi kepalanya yang sangat pusing saat ini, namun dia melawan itu semua karena memang kewajibannya sebagai seorang istri memenuhi kebutuhan suaminya.
Di samping itu, dia juga merasa senang karena dia masih mengingat hari hari pertama dia menjadi seorang istri, Aldean tidak mau melibatkan dirinya dalam memenuhi kebutuhannya seperti menyiapkan baju kantor, baju harian, serapan, makan malam dll. Namun kali ini untuk hal terkecil pun, Aldean meminta bantuan dirinya. Tiara tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness
RomanceDarkness, itulah kata yang tepat untuk mendiskripsikan hidupku. Aku buta secara fisik, namun tidak hatiku. Instingku selalu mengatakan hal yang benar, itulah kata kakakku. Aku hanyalah seorang gadis buta yang dimanfaatkan seorang pria kejam untuk me...