Nih kelanjutannya ...
Cek it out...TIARA POV
Di Rumah
Sekali lagi aku hanya bisa menangis menahan perih di hati ku ini. Dengan keadaan ku sekarang sungguh tidak memungkinkan ku lagi menjadi wanita suci seperti sebelumnya.
Aku secara tidak langsung telah dinodai oleh pria yang belum aku kenal sebelumnya. Walaupun belum seutuhnya dinodai namun dia telah melihat seluruh tubuhku bahkan berani mengecup bibir yang masih suci ini untuk pertama kalinya.
Ya Tuhan, tolong aku. Disini aku hanya sebatang kara sedangkan kakakku sampai sekarang aku tidak tahu dia ada dimana. Sebelumnya pria itu telah mengatakan bahwasannya kakakku sudah meninggal lantaran dibunuh olehnya. Entah itu benar atau tidak. Tapi aku berharap itu hanya akal akalannya saja.
Bagaimana jika itu sungguhan? Melihat dari perlakuannya yang biadab tidak menutup kemungkinan dia melakukan hal itu.
Tangis. Itulah hal yang masih setia ku lakuin sampai detik ini. Tadi pagi tanpa diduga dia masuk menyelinap ke kamar tempat dimana aku tidur.
Perasaanku mengatakan bahwa ada seseorang di pojok kanan kamar itu namun aku menepisnya dan menganggap hal itu hanya pikiranku saja.
Namun ketika aku sedang menuju lemari tiba tiba kurasakan tangan lembut seseorang yang memelukku dari belakang. Aku langsung terkesiap dan mencoba melepaskannya. Aku sangat yakin bahwa itu adalah tangan pria yang belakangan ini dalam kehidupanku.
Dia masih setia mememelukku bahkan berani meletakkan kepalanya tepat di lekukan leherku. Karena aku dalam keadaan yang sangat berbahaya dan bahkan hanya mengenakan handuk saja, kudorong tubuhnya dengan sekuat tenaga yang aku bisa.
Hal itu tidak berhasil, bahkan dia bertindak lebih jauh dari yang aku bayangkan.
Aku memperingatinya dengan nada lembut, namun hal itu tidak digubris olehnya. Kuperingati lagi dengan nada sedikit tinggi dan hal itu malahan membuatnya menjadi semakin gencar menciumi kulit tubuhku.
Seketika dia menarik handuk yang sedang kukenakan dengan spontan ku tutupi bagian tubuhku yang dapat kujangkau.
Dia terus mencium bibir ini dengan gencar layaknya makanan dan minuman yang harus dia habiskan tak tersisa.
Perdebatanan dan pergolakan mempertahankan tubuh ini terus berlanjut sampai kucoba menghentikannya dengan mencari telapak tangannya dan kukecup perlahan.
Seketika dia berhenti namun itu tak berlangsung lama sampai terbesit dipikiranku hal aneh dan mengatakan padanya bahwa dia bisa melakukan itu sepuasnya tapi setelah kami menikah.
Spontan dia mengataiku gila. Ya itu benar karena aku sudah habis pikir untuk harus melakukan apa pada saat itu.
Namun aku sangat tidak terima jika dia menuduhku bahwa aku akan mengambil semua kekayaannya dengan cara meracuninya setelah pernikahan. Sama sekali tidak terpikirkan olehku hal serendah itu.
Perkataan perkataan menyakitkan terus terlontar dari bibirnya. Mulai dari dikatainya aku hanyalah sebuah barang yang telah dibeli olehnya.
Apakah aku serendah itu? apakah aku sehina itu? aku ini bernyawa, aku ini juga punya perasaan.
Dan tiba tiba mungkin dia sudah kehabisan akal dia mulai mencekik leherku dengan kedua tangannya.
Aku kesulitan bernafas pada saat itu. Pada saat itu aku hanya bisa berdoa dan pasrah jika aku harus mati ditangannya. Mungkin itu lebih baik daripada aku menyerahkan mahkota berhargaku kepada pria yang bukan suamiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness
RomantikDarkness, itulah kata yang tepat untuk mendiskripsikan hidupku. Aku buta secara fisik, namun tidak hatiku. Instingku selalu mengatakan hal yang benar, itulah kata kakakku. Aku hanyalah seorang gadis buta yang dimanfaatkan seorang pria kejam untuk me...