Part 32 (Hurt 2)

4.5K 239 7
                                    

SELAMAT MALAM MINGGU GAES 😘
Yeay finally update
Sorry lama menunggu, lagi pkl hehehe...
Ni aja aku usahain walaupun sinyal susah wkwk...
Langsung aja deh check it out

Author POV

"Bagaimana Bi?" Tanya Aldean dengan raut wajah yang tidak bisa dideskripsikan setelah melihat Bi Minah sedang berjalan ke arahnya.

"Syukurlah tidak apa apa Tuan, tadi Bibi sudah mengoleskan sedikit minyak di perut Non Tiara, jadi non terlihat lebih tenang. Hal ini biasa terjadi di kehamilan yang sudah memasuki bulan kelima " Jelas Bi Minah tersenyum.

Mereka kini sedang berdiri agak jauh dari pintu kamar tamu tempat Tiara sedang tidur di sana.

"Syukurlah" raut wajah Aldean yang tadinya khawatir perlahan sudah menghilang dan terlihat lebih tenang.

"Maafkan saya Tuan, yang tidurnya kaya kebo sehingga tidak mendengar panggilan dari Non Tiara. Untung Tuan datang menghampiri saya di kamar, jadinya saya terbangun" ungkap Bi Minah.

"Tidak apa apa. Terimakasih Bi" jawab Aldean.

Bi Minah masih mengingat jelas saat Tuannya tadi memanggil manggil dirinya dari arah luar kamar. Aura panik tergambar cukup jelas di wajah tuannya. Bi Minah juga sempat melihat kedua tangan pria itu yang bergetar hebat. Entah apa yang terjadi sebelumnya diantara mereka. Dan yang menjadi pertanyaan di benaknya adalah mengapa Aldean tidak langsung mengangkat istrinya ke kamar atau melakukan hal semacamnya? Tapi Bi Minah mencoba menepis rasa ingin tahunya.

Pandangan mata Bi Minah tak sengaja menuju kedua tangan tuannya, dia melihat darah di sana.

"Tangan Tuan kenapa?" Wanita itu menautkan kedua alisnya berharap mendapat jawaban.

"Ohh... tidak apa apa Bi" ungkap Aldean.

"Sini biar bibi obati" Wanita itu mencoba menawarkan bantuan dan hendak mengambil kotak P3K.

"Saya bisa sendiri Bi. Bibi tidur saja, maaf sudah merepotkan malam ini"
Aldean berjalan meninggalkan wanita itu dengan penuh pertanyaan.

Aldean POV

Shittt...
Ada apa denganku. Aku tidak tahu mengapa aku seperti ini. Sangat sulit dijelaskan.

Beberapa menit lalu

Aku terhayut dalam pelukannya. Aroma dirinya masih menjadi penenang alamiku. Rasanya aku tidak ingin melepas tubuh ini darinya dan ingin menghentikan waktu saja. Aku terbawa pada suasana, benar benar terhanyut dalam tubuhnya. Mataku semakin terpejam menikmati ini semua. Aku tidak bisa menyangkal bahwa benar berada di dekatnya membuat bebanku sejenak menghilang akibat sentuhannya. Sentuhan yang sama seperti mama.

Tiba tiba

Mama? Mama? Mataku terbuka. Pikiranku kembali. Apa yang telah aku lakukan? Aku telah menghianati mama.

Brukkk...

Tanpa sadar, tangan ini mendorongnya hingga membuatnya terjatuh.

"Massss! Awww.... ahhhh" wanita itu memegang perutnya dengan wajah memerah menahan sakit. Ada apa denganku. Tangan ini lagi lagi menyakitinya tanpa sadar.

Aku terkejut dan panik memperhatikan dirinya yang terduduk di lantai karena ulahku. Namun ada iblis di hatiku seperti mengatakan Mamaku pasti senang mengetahui hal ini.

Wanita seksi di sampingku kemudian menarik tanganku memberi isyarat untuk segera naik ke atas.

"Ayo kita ke atas" ujarnya padaku. Wanita itu kemudian bergelayut manja di pelukanku.

Tibalah aku dan wanita cantik yang aku bawa dari club saat pulang dari kantor di kamar utama di atas. Setelah sukses menutup pintu, wanita ini semakin liar menggeranyangi tubuhku. Dia mulai mencium bibirku dengan rakus lalu beralih ke leher dan telingaku. Dia semakin gusar membuka kemejaku dan mulai mengecup dada bidang ini. Aku masih terdiam berdiri bersandar di pintu.

"Stop!" Kataku akhirnya. Aku menghentikan dirinya. Wanita itu menampilkan wajah bingungnya.

Aku berjalan santai ke arah nakas lalu membuka salah satu laci. Setelah berhasil mengambil sesuatu di sana, aku berjalan kembali ke arah wanita itu dan dengan wajah datar melemparkan sesuatu ke arahnya.
Benda itu terlepas dari ikatannya dan menghambur bebas ke arah wanita itu.

"Sudah cukup, pulang saja kau sana!" Perintahku pada wanita yang sedang sibuk mengambil lembaran lembaran uang yang berserakan di sekelilingnya.

"Aku bahkan belum memuaskanmu" wanita itu kemudian berjalan ke arahku setelah selesai memungut keseluruhan uang bayarannya. "Ayo kita mulai lagi" wanita itu mengecup bibirku.

Aku menghindarinya dan menepis wajahnya yang ingin menciumku lagi.

"Mengapa?" Tanyanya penasaran.

"Sudah cukup actingnya. Aku membooking jalang bukan untuk memuaskanku, tapi untuk bersandiwara di depan istriku tadi. Sudah pulang sana, tugasmu telah selesai" ujarku sambil mengancing kembali kemejaku. Pikiranku masih mengarah ke kejadian tadi. Apa dia masih kesakitan ya?

"Oh gitu baiklah, tidak terlalu mengeluarkan banyak tenaga malam ini, terimakasih" ucapnya santai

Saat membukakan pintu kamar untuk jalang ini, tiba tiba terdengar sebuah pekikan.

"Mas Allll... tolong aku..." aku sangat mengenali suara ini. Apa dia masih kesakitan? Dadaku semakin bergemuruh ingin memastikan kondisinya sekarang. Tapi? Aku sedang bersandiwara sedang bermalam dengan wanita lain. Ahhhh, aku tidak tahu apa yang harus aku lalukan lagi. Kaki ini tanpa diperintah secepat kilat telah menuruni tangga ingin memastikan kondisinya.

"Masss Alll... tolong... sakitttt" dia merintih kesakitan. Aku hanya bisa memperhatikannya dari kejauhan di balik dinding pembatas dapur dan ruang tengah. Wajahnya sangat merah saat ini, bahkan lebih merah dari sebelum aku tinggalkan tadi. Apa yang telah aku lakukan tadi padanya? Tangan ini??? Aku melihat tanganku dengan wajah kesal. Aku kemudian memukul dinding di sampingku dengan kuat. Aku kesal, sungguh kesal tidak bisa mengendalikan anggota tubuhku saat di dekatnya hingga aku mendorongnya sampai jatuh.

Bibi, aku akan memanggil bibi untuk membantunya. Aku mengetok pintu kamar bibi dengan gusar berharap bibi bisa segera bangun. Untungnya beliau langsung terbangun dan mulai menolong Tiara sesuai perintahku.









DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang