PART 21 (GELISAH)

4.4K 248 17
                                        

Hello to all my beloved readers.
Finally, aku update ni
Mumpung libur hehehe
Alhamdulillah aku mau ngasi hadiah ke kalian yg udah sabar nuggui aku yaitu 4 part sekaligus 😁

Langsung ae dah

Jgn lupa komen ya, biar aku tambah semangat ni ngelanjutinya

Di Kantor

Setelah menyelesaikan rapat penting, Aldean berjalan dengan cepat menuju ruangannya diikuti oleh sekretaris dan Ricky di belakang pria itu.

"Apa schedule saya setelah ini?" tanya pria bertubuh tinggi tersebut sambil berjalan menuju ruangannya.

"Review Company Vision & Strategy and Weekly Review, Pak" kata sekretarisnya sambil melihat gadget mengenai jadwal atasannya tersebut di tangannya.

Aldean tampak bingung karena dia harus segera pulang melihat kondisi Tiara di rumah sakit. Namun dia juga tidak bisa meninggalkan kewajibannya di kantor. Apalagi melihat hari ini adalah hari jum'at, sudah pasti banyak review mingguan dari beberapa bagian.

Mereka kemudian masuk ke dalam lift dan memencet tombol angka tepat ruangan Aldean berada.

"Ada apa Yan, lo ga bisa hadir?" tanya Ricky karena sedari tadi melihat wajah sahabatnya ini yang tampak bingung.

Aldean masih diam tidak menjawab pertanyaan pria di sampingnya itu karena sedang memikirkan sesuatu di kepalanya.

Pintu lift terbuka dan Aldean berjalan cepat ke ruangannya.
"Kamu tunggu di sini, saya mau berbicara sama Ricky di dalam" perintah Aldean kepada sekretarisnya itu.

"Baik pak" jawabnya.

Aldean dan Ricky masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Ada apa?" tanya Ricky setelah mereka duduk di sofa mewah di dalam ruangan tersebut.

"Gue mau mendelegasikan tugas ke lo, ngereview Visi dan Strategi Perusahaan sama Review Mingguan, bisa kan?

"Ga lo tanya juga, sudah pasti tugas itu beralih ke gue kalo lo kaga ada." Jawab Ricky.

"Okay, gue cabut dulu bro." Aldean berjalan ke arah meja kerjanya dan mengambil kunci mobil.

"Eh eh eh.. tunggu dulu, dari tadi gue tanya juga, ada apa? lo mau kemana?" tanya Ricky sambil mengkerutkan dahinya melihat ke arah Aldean. "Lo mau ke club? Masih siang bray, tumben banget siang udah pulang." Jelasnya.

"Ga lah" Aldean menjawab dengan wajah datar dan berjalan ke luar ruangan. Dia menuju parkiran dan segera menancapkan gas ke arah rumah sakit tepat dimana Tiara ditangani tadi pagi.

Aldean sampai bingung sendiri melihat dirinya yang begitu peduli dengan wanita itu. Tapi satu hal yang dia percaya adalah ini bukan bentuk peduli seorang suami kepada istrinya melainkan secuil bentuk peduli seorang majikan kepada pembantu yang merangkap sebagai pemuas nafsu.

Ketika tiba di rumah sakit, Aldean tidak mendapati Tiara di sana. Seorang suster mengatakan Tiara telah pulang satu jam yang lalu.
Aldean kemudian menancapkan gasnya pulang ke kediamannya yang tidak jauh dari sana.

Sesampainya di rumah, pintu dibuka oleh Bi Minah. Biasanya Tiara yang membukakan pintu untuknya namun kali ini bukan dirinya.

"Dimana wanita itu Bi?" tanya Aldean penasaran sambil melirik ke seluruh ruangan.

"Non Tia Tuan?" tanya Bibi.

"Ya iya lah Bi, siapa lagi kalau bukan dia." Jawab Aldean ketus. Tidak tahu mengapa pagi ini dia telihat semakin kasar.

"Ada di kamar, Tuan" jawab Bi Minah melihat takut ke arah Tuannya.

Aldean kemudian berjalan masuk menaiki anak tangga ke arah kamar mereka lalu membuka pintu kamar tersebut. Pria yang sedang memakai pakaian lengkap kantor itu mendapati seorang wanita yang sedang terbaring di ranjang besar miliknya.

Aldean berhenti sejenak di depan pintu. Entah apa yang sedang difikirkannya. Dia membuka jas berwarna merah maron yang sedang dikenakannya lalu meletakkannya sembarang di sofa yang tidak jauh dari tempat dia berdiri. Dia berjalan semakin mendekat ke arah wanita yang telah hidup bersamanya hampir satu tahun itu.

Sambil menggulung lengan kemeja kantornya sampai ke siku, dirinya kini telah duduk di ranjang tempat wanita itu berbaring.

Aldean memperhatikan wajah wanita itu dalam dalam. Dia sedikit menunduk meletakkan tangannya ke dahi Tiara untuk sekedar mengecek suhu tubuh wanita itu.

Sudah normal

Kata Aldean dalam hati.

Ingin rasanya Aldean membangunkan wanita itu hanya untuk menanyakan perihal kondisinya, karena dia penasaran terhadap hasil cek rumah sakit. Tapi hal itu diurungkannya melihat Tiara yang tertidur cukup pulas.

Aldean melihat arloji di tangannya. Sudah jam 2 siang. Dia kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai dia keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit bagian pinggangnya sampai batas lutut.

Aldean kemudian mencari pakaian santainya di lemari. Dia mengalami kesulitan kala mencari kaos dalam putihnya.

"Huhh... dimana kaos dalam ku?" gerutunya dengan suara pelan.

"Di bagian paling bawah sebelah kanan." Kata Tiara tiba-tiba.

"Oh iya." Jawab Aldean sambil mengambil lalu mengenakan kaos tersebut. Dia kemudian melirik ke arah sumber suara tersebut. Melihat seorang wanita yang sedang terbangun dan kini tengah duduk di pinggir tempat tidur.

"Kamu sudah pulang Mas? Kok cepat pulangnya?" tanya Tiara dengan mata sedikit sayu.

Setelah selesai berpakaian, dengan langkah perlahan Aldean berjalan mendekati Tiara. Wanita itu sedikit gugup ketika mendengar langkah kaki yang kian mendekat. Aroma maskulin khas suaminya itu perlahan menyentuh indra penciumannya. Harum, kata Tiara dalam hati.

"Apa urusannya samamu?" Jawab Aldean singkat.

"Aku hanya bertanya" Tiara berkata lembut sambil menunduk. Dia sedih mengapa hanya bertanya saja tidak direspon baik oleh suaminya. Mungkin suaminya sedang lelah pikir Tiara.

"Lupakan, tidak penting. Apa hasil rumah sakit mengenai kondisimu?" Aldean masih berdiri di depan Tiara sambil memandang wanita itu.

Tiara terdiam. Dia sedang memikirkan alasan untuk menutupi hasil cek yang sebenarnya.

"Hey, aku sedang bertanya? Mengapa kau diam?" Aldean berkata sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Hanya demam biasa Mas, dan sedikit kecapean." Jawab Tiara berbohong

"Dasar nyusahi." Kata Aldean singkat.

"Maaf telah menyusahi kamu" Tiara mendongak ke arah sumber suara. Aldean melihat wajah itu sekilas lalu beranjak ke luar kamar.

To be continued...

DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang