PART 18 (CHILDHOOD)

5K 253 22
                                        

Pagi hari

Tiara Pov


Mengapa mas Al marah sekali setelah aku menyebut kata keluarga. Aku sama sekali tidak mengerti maksud perkataan nya.

Mas Al bilang aku bagian dari nya? Nya? Siapa nya itu. Apa hubungan aku sama dia. Apa salah keluargaku? Kenapa Mas Al tidak melanjutkan perkataannya?


Aku rindu Papa dan kak Randy. Pa aku rindu. Kak Randy, dimana kamu kak?

Flashback on


Gadis kecil berusia 6 tahun sedang bermain di taman belakang rumah. Tiba tiba datang seorang anak lelaki berusia 11 tahun menghampirinya.

"Dek, lihat kakak bawa apa?" kata bocah lelaki itu.

" Bawa apa kak?" jawab gadis kecil itu. Kini dia menghentikan permainannya dan beralih melihat sesuatu yang dibawa kakaknya.

" Ini untuk kamu." Tangan anak laki laki itu menjulurkan sebatang coklat kepada adiknya.

"Untuk Tia kak? " Tanya Tiara sambil menerima coklat itu dengan mata berbinar.

"Iya sayang untuk Tia, kamu suka kan coklat rasa strawberry?" Dia bertanya pada adik tersayangnya.

"Iya kak"

" Sini, kakak bantu kamu membuka kemasannya" Rendy perlahan membantu membuka kemasannya.

" Rendyyy... ayo makan sini" teriak seorang wanita dari dalam rumah.

"Iya Ma" jawab bocah itu mendengar suara Mamanya menggelegar sampai ke halaman belakang rumah "Ayo dek kita makan bareng sama Mama di dalam rumah"

Kedua anak itu memasuki rumah mendekati sumber suara tersebut. Dengan menggandeng tangan adiknya, mereka memasuki rumah besar itu melalui pintu belakang dan sekarang menuju ke meja makan.

"Rendy ayo duduk sini di samping Mama." Kata wanita muda itu kepada putranya.

"Iya Ma" Rendy menuju kursi yang dimaksud mamanya dan ternyata dia menyuruh Tiara untui duduk di tempat tersebut.

" Rendy? Mama bilang kamu yang duduk di kursi ini, bukan anak ini, mengapa kamu melakukan hal itu ?"

" Mama, kalau Rendy duduk di kursi samping Mama dan Tiara duduk di kursi samping Rendy yaitu kursi paling ujung , Rendy khawatir nanti Tiara terjatuh. Jadi lebih baik Tiara berada diantara kita Ma." Ucap anak itu menjelaskan sambil tersenyum.

" Anak itu bukan siapa siapa kita Ren." Jawab wanita itu ketus.

"Mama, Tiara itu adik Rendy. Sudah berapa kali Rendy bilang Ma" Bocah itu mengkerucutkan bibirnya. " Pa, Tiara adik Rendy kan Pa?"

"Iya sayang, dia adik kamu." Kata seorang pria.

Sejak tadi, seorang pria yang diketahui kepala keluarga hanya bisa mengamati kejadian itu dengan menghela nafas. Dia kemudian mencengkram lengan istrinya dan mengajaknya bicara menjauh dari meja makan.

"Sudah Din, aku lelah mengapa setiap hari kamu selalu mengulangi hal itu lagi."

"Mengulang? Itu bukan mengulang. Kamu sendiri bahkan sulit membedakan makna antara mengulang dan membuka fakta?" kata wanita itu tersenyum kecut.

"Yang kamu lakukan itu mengulang. Kamu tidak harus mengulangi hal itu di depan Tiara terus menerus terlebih dia masih kecil. Ada saatnya dia mengetahui hal yang sebenarnya, tapi tidak sekarang" Jawabnya sambil memegang tangan istrinya.

Namun istrinya melepas
cengkraman tangan itu.

"Bagaimana bisa aku tidak mengulangnya? Bahkan dia mengulang menyayat hatiku setiap aku melihat wajahnya. Kamu tidak tahu seperti apa sakit di hati setiap melihatnya apalagi melihat wajahmu"

"Harus seperti apa lagi aku meminta maaf padamu. Tolong sayangi dia seperti anak kandungmu sendiri"

Wanita itu berpaling menghadap ke arah lain.

"Anak aku cuma Rendy. Kembalikan saja dia ke ibunya kalau kamu khawatir dia tidak bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Kamu kan cinta sama ibunya."

"HENTIKAN. Tidak ada cinta lagi diantara kami. Tiara itu anak aku. Mengapa setiap hari kita selalu bertengkar karena hal ini?"

"Ya itu semua karena kesalahan kamu. Jika tidak mengingat Rendy kita sudah bercerai dari dulu."

"Iya aku memang yang salah, dia ada dari kesalahan aku setelah pernikahan kita. Jadi apa yang kamu mau? Cerai? Apa? Jawab aku?" pria itu memegang erat bahu istrinya.

"Cerai? Kamu kira semudah itu. Aku tidak ingin menyakiti hati Rendy anakku jika kita bercerai. Sederhana yang aku inginkan, aku hanya ingin Tiara lenyap dari muka bumi ini"

"Sekejam itu kamu padanya. Dia itu gadis kecil, sangat kecil, yang baru saja genap berusia 6 tahun. Apa kamu tidak punya sedikit saja rasa keibuanmu terhadapnya?"

" Tidak ada rasa keibuanku untuk nya. Mau usia berapapun dia, yang jelas kehadirannya membawa kehancuran."

"DIAM" Pria itu hampir saja menampar wajah istrinya.

" Kenapa? Ayo teruskan.

"Aku tidak ingin menyakiti wanita."

" Apa kamu bilang? Tidak ingin menyakiti wanita? Jadi yang kamu lakukan itu apa? Kalau bukan menyakiti hati ini. Bahkan dengan beribu kata maafpun tidak bisa memulihkan hati yang sudah terluka ini.


Pria itu menghela nafas dan berlari keluar.


DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang