32

4.9K 280 0
                                    

"Ah,, mobil lo kenapa sih fa?" tanya karel dongkol

"Gak tau nih. Gue Cek dulu yah"

"Kayaknya baterai akinya deh el. Mana bengkel jauh lagi dari sini. Gue telp kakak gue bentar."

"Mas ardy, lagi dimana?"

"Lagi dikantor papa. Kenapa?"

"Mobil alfa mogok nih sekitar jalan pemuda"

"Coba telp mas andra deh fa. Mas ardy mau rapat sama papa"

"Bilang aja sibuk, susah amat" gerutu alfa lalu mematikan telp dan menelp andra

"Mas, mas dimana?" tanya alfa kepada andra via telp

"Lagi dijalan gue, kenapa dek?"

"Mas dijalan mana?"

"Sekarang sih dijalan Garuda."

"Mas, mobil alfa mogok nih. Tolong kesini dong!"

"Yaa elah, telp orang bengkel aja"

"Tolongin kenapa sih mas, pelit banget jadi kakak"

"Iya-iya,., tunggu disana!"
--

"Lama amat mas? Perasaan dari garuda kesini 15 menit deh?"

"Diperempatan sono ada kecelakaan motor. Eh ada kiran toh." Ujar andra melirik kiran

"Iyaa mas" sapa kiran sopan

"Kita nebeng pulang ya mas?" tanya alfa. Namun andra tak bergeming dia menatap wanita cantik disebelah kiran yang sedang menahan panas. Sedikit keringat di wajahnya tak mengurangi aura kecantikannya

"Woy mas,," sentak alfa

"Apaan?" tanya andra

"Yaa elah mas, dari tadi gue ngomong sama lo. Tapi gak lo denger?"

"Itu siapa?" tanya andra ke alfa menunjuk karel

"Ohh, itu karel. Sahabat gue dan kiran" ujar alfa

"El, kenalin ini kakak gue. Mas andra." Ujar alfa seraya memperkenalkan andra kepada karel

"Gak bosen karel jadi obat nyamuk mereka?" tanya andra menyeletuk

"Hahah.. Panggil El aja mas, lagian udah biasa jadi obat nyamuk mereka" ujar karel sinis

"Kalau gitu, panggil andra aja" ujar andra tersenyum

"Ayo mas, kita pulang" ucap alfa menengahi perkenalan andra dan karel

"Mobil lo?"

"Gue jedotin ini kepala ke pintu, gue tadi udah bilang mas. Mobilnya biar orang bengkel yang ambil"

"Gue nyetir, kita anter karel pulang dulu!" ujar alfa lagi
--

Saat itu karel sudah 6 bulan berada di tim densus 88. Mobil yang ia tumpangi saat itu adalah mobil operasional densus 88. Kini mobil itu sedang mengejar sebuah mobil box yang disinyalir berisi bahan-bahan peledak dan senjata api rakitan ilegal.

Akhirnya penggeledahan dilakukan ditepi jalan. Penggeladan berlangsung alot karena supit mobil box yang tak kooperatif. Karel tidak menyangka kalau sedari tadi ada seseorang pria paruh baya yang telah mengikuti kemana pun dia pergi seharian ini. Pria itu melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh anaknya saat itu.

Penggeledahan telah selesai, semua barang bukti dibawa dan dang supir akan dibawa kekantor kepolisian. Saat ingin menaiki mobilnya karel terdiam, pria itu ada dihadapannya. Ekspresi pria itu dingin, bahkan sulit untuk membaca pikirannya saat ini.

"Kamu ikut papa!" ujar pria itu

"Tapi pa?"

"Tapi apa lagi?" tanya papanya

"Sebentar saja pa"

Karel pergi menuju mobil tadi lalu meninggalkan senjata api yang ia genggam kepada rekannya. Lalu ia pergi lagi menuju ke arah papanya dan menaiki mobil papanya. Selama perjalanan tak ada pembicaraan hangat antar anak dan bapaknya ini.

Sampailah karel disuatu tempat, Kantor BIN.

"Keenan,," teriak papanya marah

"Abi.." ucap pak keenan dan ia terkejut saat dibawanya putri kesayangan abi kesini

"Masuk dulu.." ujar keenan mempersilahkan masuk kedalam ruangannya
--

"Nan, lo tau apa yang lo lakuin? Dia perempuan nan!" bentak pak abi marah kepada pak keenan

"Paa.. ini kemauan raya sendiri" ujar karel menengahi

"Gue tau bi, tapi gue gak berani bilang ke lo" ujar pak keenan tetap tenang

"Raya yang minta supaya om keenan gak kasih tau papa!" ujar karel lagi ia hampir menangis

"Kamu bisa tinggalkan om dan papa kamu disini? Om pengen bicara berdua dengan papa mu"

"Iyaa om" ujar karel lalu beranjak keluar dari ruangan kantor pak keenan

Diluar ruangan pak keenan, sudah ada andra yang sedari tadi menunggu. Saat dilihatnya karel keluar dari ruangan itu, langsung ia dekap karel kedalam pelukannya. Ia tak perduli dengan tanggapan orang-orang terhadapnya

"Jangan nangis.." ujar andra mencoba menenangkan
==

"Karel datang saat itu, minta untuk ikut pelatihan dan mengikuti seleksi masuk BIN. Awalnya gue menolak, tapi dia terus meminta. Dia bilang, dia sangat suka sama hal-hal mengenai keadilan, menumpas kejahatan. Dia ingin menjadi salah satu orang yang berjasa untuk negaranya"

"Kenapa lo gak kasih tau gue?"

"Gue gak bisa kasih tau karena itu permintaan putri lo sendiri. Dia wanita yang berprestasi, cerdas, bahkan kurang dari 1 tahun dia udah bisa dilantik jadi agent BIN. Tapi kepolisian lebih membutuhkan dia kebanding BIN makanya dia ada disana dari pada disini"

"Gue khawatir.."

"Lo gak perlu khawatirin dia, bi. Dia aman, anak-anak gue akan ngejagain dia. Ada gue dan andra disini, di densus juga ada ardy dan Tyo. Gak ada yang harus lo khawatirin. Khawatirin aja skrg kesehatan lo." Ujar pak keenan

Pak abimana menghela nafasnya panjang, lalu ia beranjak dan pergi

"Gue pulang. Gue titip karel. Tolong jagain dia. Gue percaya lo sama anak-anak lo bakal jagain dia" pamit pak abimana
--

Diperjalanan pulang, saat sedang menyetir mobilnya. Ada mobil lain yang datang dengan berlawanan arah berkecepatan tinggi. Ia tak bisa mengelak karena hal itu terjadi secara tiba-tiba. Ia dibawa kerumah sakit, saat dirumah sakit karel terus menangis

"Papa pengen ketemu kamu sayang" ujar sang mama memanggil karel

"Papa, jangan tinggalin raya pah!"

"Papa gak akan kemana-mana. Papa akan tetap disini, dihati kamu!" ujar sang papa sambil menunjuk hatinya

"Pa, raya minta maaf"

"Gk sayang, papa yang minta maaf. Karena papa selama ini gak pernah ngikutin kemauan kamu. Kamu tumbuh jadi anak perempuan yang sangat penurut terhadap papa dan mama. Sampai-sampai kemauan kamu pun gak papa dengerin, papa bahkan gak tau hobby kamu apa, makanan kesukaan kamu apa"

"Jangan menyalahkan diri sendiri ray, ini sudah takdir. Sini papa pengen cium kening anak sulung papa." Ujar sang papa lalu sang ayah mencium kening putri sulungnya

"Tetap jadi anak kebanggaan papa ray, papa bangga sama kmu." Ujar papa

Itulah pembicaraan terakhirnya dengan sang papa. Karel memutuskan untuk cuti dari tugas negaranya hampir 3 bulan. Setelah ia menyelesaikan urusan perusahaan papanya yang sempat disita karena diduga terlibat dalam penggelapan dana, walaupun akhirnya tak ada bukti tapi ia menjadi seorang yang maniak kerja. Ia mengerjakan 2 hal sekaligus sebagai seorang pemimpin perusahaan dan seorang tim densus 88,
Hingga akhirnya bg ardy menjadi kaptennya dan ia naik pangkat menjadi komandan regu. Regunya mendapat banyak apresiasi dari pemerintah karena banyak menangkap para teroris. Karena itulah regu karel bukanlah regu yang terikat lagi, mereka akan dipanggil bila terjadi situasi yang genting dan tentu bukanlah regu yang sembarangan.

"A1 Team!!"
--

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang