45

4.2K 234 1
                                    

Suara dering handphone yang berdering menganggu karel yang beberapa minggu terakhir ini sulit untuk terlelap karena kandungannya yang semakin membesar. Waktu menunjukkan pukul 3.18 pagi, setelah dia melihat ID caller di Handphonenya barulah ia mengangkat telp dari sang penelpon yang sedari tadi sudah menelp sebanyak 10 kali.

"Halo.."

"Lama banget baru ngangkat telp?" tanya sang penelpon

"Maaf, gue baru tidur. Ada apa?"

"Lo bisa kemarkas gak?"

"Iya, besok pagi gue kemarkas." Ujar karel masih setengah mengantuk.

"Gak nanti pagi, tapi sekarang!" ujar ardy

"Lo gila bg? Ini masih jam 3 an dan lo nyuruh gue kemarkas sepagi buta ini? Gak mau gue!" ujar karel kesal

"Ada yang nyabotase markas, gue gak tau detailnya kayak gimana. Sekarang gue lagi on the way markas. Kata Figo markas hancur dan gue kalut banget"

"Hah??" karel mengernyitkan dahinya

"Dan anggota Team reno, sorry maksud gue team lo dulu lagi ada jadwal latihan malam ini" ujar ardy lagi yang sukses membuat karel membelakkan matanya.

"Gue kesana" sentak karel memutuskan telpnya dengan ardy

Setelah telp terputus karel diam sejenak, entah kenapa suara deru jantungnya sangat kencang tidak seperti biasanya bahkan karel tidak menyadari andra yang sudah terbangun sedari tadi karena berisik.

"Kenapa?" tanya andra yang membuat karel kaget

"Tidur lagi yuk, bun" ujar andra lagi

"Aku izin ya, yah. Mau kemarkas" ujar karel yang membuat andra bingung. Sedari tadi dia tidak begitu fokus dengan pembicaraan karel dan bg ardy karena rasa kantuk yang amat sangat tinggi.

"Besok pagi aja deh bun, ini masih jam setengah 4 pagi loh"

"Ada yang ngancurin markas. Katanya ada baku tembak disana, dan team aku latihan malam ini. Perasaan aku gak enak, ndra" ujar karel.

"Ya udah, aku ikut" tegas andra

"Aku bisa sendiri kok.."

"Aku gak mungkin ngebiarin istri aku pergi sepagi ini sendirian"

"Kan bisa pake supir, yah" bujuk karel lagi ia tak ingin mengganggu waktu istirahat dan tidur suaminya yang juga sulit makan karena ikut mengidam

"Iya pake supir, aku juga ikut atau kamu gak usah pergi sama sekali?"

"Okeh.." karel mengalah kemudian beranjak dari tempat tidur kearah kamar mandi dan di susul oleh andra.

--

Suasana markas yang dekat dengan bandara Halim Perdana Kusuma sangat riuh ditambah lagi dengan suara ambulans yang silih berganti serta listrik yang padam dan keadaan ruangan yang hancur lebur membuat karel menajamkan semua inderanya. Walau kehamilannya yang memasuki usia 9 bulan tapi tidak membuat instingnya sama sekali berkurang malah semakin tajam. Andra berada di depan dengan ardy yang sedang berbincang dengan beberapa orang yang berada di TKP saat terjadi baku tembak.

"Siapa yang berani menghancurkan markas densus 88 yang amat ketat penjagaannya?" gumam karel dalam hati

"Tentunya orang yang sangat mengetahui seluk beluk penjagaan disini" ujar alea

"Loh lo kok disini?" tanya karel tak habis pikir

"Gue dari tadi gelisah, gak tau kenapa. Tiba-tiba bg ardy nelp dimas buat minta dimas ke markas. Dan sekarang gue tau kenapa gue gelisah" ujar alea yang dibalas dengan helaan nafas panjang dari karel

"Kakak harus tenang, kalau lo dah tenang gue akan bantu lo buat investigasi. Lo gelisah, gue juga gak tenang." Ujar alea menenangkan

"El, ruang senjata di bawah aman! Gue baru cek, karena gak ada satupun orang awam yang tau." ujar dimas menyentak pembicaraan kedua wanita kembar itu

"Serius gue, team lo ada disana. Reno udah langsung dibawa kerumah sakit. Lo bisa tenang?" tanya dimas

"Makasih dim.."

"Sama-sama. Gue ke andra dan bg ardy dulu, mau laporan" pamit dimas

--

"Dari CCTV didepan gue pastiin bahwa orang-orang yang masuk kemarkas sepertinya masuk dengan mulus tanpa dapat pemberontakan dari penjagaan didepan. Yah menurut gue mereka orang dalam walaupun semua penjaga yang jaga malam itu meninggal, tapi tetap aja CCTV sebagai bukti" ujar alea menganalisis. Alea yang notabene berjiwa detektif membantu sang kakak untuk menuntaskan kasus penembakan di markas Densus 88.

Karel, andra, alea, dimas dan ardy bahkan belum pulang kerumah hingga sore menjelang. Mereka berkumpul dimarkas TNI AU Halim Perdama Kusuma sebagai markas darurat.

"Yang gue bingungin, kenapa reno diluar dan anggota team lo maksud gue anggota team reno yang lain tetap di markas bawah?" tanya dimas

"Lo dah tanya sama anggota team gue?"

"Udah, mereka bilang reno keluar sekitar 5 menit sebelum terjadi penembakan. Reno bilang handphonenya ketinggalan di kantor." Ujar dimas

"Kenapa anggota team reno gak ada satupun yang keluar saat penembakan terjadi?"

"Mereka dikunciin dari atas!" ujar ardy

"Makin rumit" Gumam dimas

"Kita tetap harus investigasi walau reno belum sadar" ujar karel

"Dan untuk sementara selagi markas di renovasi, kalian bisa pakai markas BIN yang lama" ujar andra

--

Hari berganti dan malam pun menjelang, karel belum juga ingin pulang. Hatinya berkecamuk mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu setelah ia mengajukan surat pengunduran diri dari Densus 88. Surat yang belum di proses oleh ardy karena permintaan karel untuk memproses surat itu setelah karel melahirkan.

Desas-desus pengunduran karel sudah terdengar ditelinga para petinggi-petinggi team di Densus 88. Bahkan tanpa di ketahui oleh ardy, permainan politik di densus 88 sudah terjadi. Beberapa orang banyak yang ingin menjadi kepala team lapangan untuk mengantikan karel yang mengundurkan diri dengan berbagai cara.

"Gue gak mau tau, gue yang harus ngejabat sebagai kepala team gantiin kak karel" ujar seseorang saat karel melewati ruangan salah seorang ketua team disana.

DEGHH..

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang