{Chapter 5} Unbreakable Vow

1.6K 190 33
                                    

Sebuah teriakan keras berasal dari kamar Harry yang membuat permainan gitarku terganggu.

Mula-mula, aku tidak terlalu menghiraukan teriakan itu. Tapi, lama kelamaan aku semakin jenuh dengan teriakan itu. 

Padahal, sebelumnya Harry tidak pernah berteriak seperti ini.

Kuhempaskan gitarku, aku berlarian menuju kamar Harry. Kuketuk pintu kamarnya dengan tidak sabar.

"Harry! Berhenti berteriak seperti itu, Bajingan. Kau mengganggu ketenanganku." Ujarku kuat.

"Harry!"

Memang, detik selanjutnya aku tidak mendengar Harry berteriak lagi. Mungkin saja dia tengah memiliki masalahnya sendiri atau mungkin dia sedang ketakutan karena malaikat pencabut nyawa telah menjenguknya?

"Keluar dari kamarmu, bajingan!" Umpatku tidak senang. 

Butuh waktu sekitar 5 menit sebelum akhirnya Harry membuka pintu kamarnya.

Mata Harry berwarna merah. Seperti efek tidak tidur ataupun yang lainnya.

Wajahnya terlihat begitu tegang.

"tidak bisakah kau diam barang sejenak, Harry? Kau selalu saja mengganggu hidupku."

Harry menatapku diam. Hidungnya nampak kemerahan dan kurasa juga berair. Harry tampak kacau sekali.

"Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau berteriak seperti itu? Apakah malaikat pencabut nyawa telah datang mengunjungimu?"

Harry berusaha tersenyum tipis kearahku. Sesekali Harry mengusap matanya yang memerah dan berair.

"Aku baik-baik saja, jangan khawatir."

"Sayangnya aku tidak mengkhawatirkanmu, Harry. Aku akan sangat bahagia jika kau mati. Bisakah kau diam? Berhenti membuat keributan yang merugikanku?"

"Aku minta maaf, Syd. Aku akan tidak tahu jika suaraku mengganggumu."

"Fuck! Berhenti beralasan, Motherfucker."

Kali ini Harry terkejut ketika aku menyebutnya Motherfucker. Tapi ya panggilan itu memang pantas untuknya.

"Kau manusia hina, Harry. Kau hina dan terlaknat."

"Aku tahu, Syd. Itulah sebabnya aku tidak ingin kau menjadi bajingan sepertiku. Kau terlalu berharga untuk kuabaikan, Syd."

"Persetan! Segeralah pergi ke neraka, Harry. Dibumi telah banyak sekali orang-orang yang tidak bermanfaat dan merugikan sepertimu."

Harry menundukkan pandangannya. Kudengar Harry menghela nafas dengan durasi yang tak beraturan. Seperti dalam ketakutan. Harry memejamkan matanya dengan asal.

"Apa kau akan segera mati, Harry?"

Harry menggelengkan kepalanya. Sesekali Harry memukuli kepalanya lalu ia kembali masuk kedalam kamarnya. Mengunci diri di kamar lalu kembali berteriak. 

"Keparat! Kau merusak ketenangan hidupku, Harry!" Aku menendang pintu kamarnya dengan keras. Didalam sana, Harry berteriak nyaris seperti menahan rasa sakit.

"Harry! Berhenti berteriak!" Kecamku lagi.

Persetan! Aku sudah muak dengan semua yang dilakukan Harry. Dia menjijikkan. Nyaris seperti seonggok sampah yang tidak berguna dan sangat mengganggu. Harry, dia malapetaka untukku.

Lagi dan lagi, kota London terus dibasahi oleh air hujan. London tengah berada di musim penghujan, jadi tak heran jika hampir setiap harinya bumi London terus dicurahkan air.

Hujan mengingatkanku sedikit tentangnya.

Tentang Harry.

Memang, dulu aku sangat menyayangi Harry. Sangat dekat padanya. Hanya saja, itu dulu.

Angel Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang