{Chapter 2} Fuck you Harry!

2.4K 256 40
                                    

"Kurasa kau harus mempunyai seorang guru private, Syd. Maksudku, guru gitar private." Ujar Lea ketika aku sedang sibuk dengan senar-senarku.

"Guru private? Aku bahkan tidak pernah memikirkan hal itu. ini hanya hobi, Lea. Aku rasa semua orang memiliki hobi."

"Ya, aku tahu. Tapi, semua orang akan memperdalam hobinya, Syd."

"Kurasa aku bukan termasuk salah satunya."

Lea tertawa sebelum akhirnya dia melemparkan bantal kearahku.

"Kau terlalu menganggap hidupmu mudah, Syd. Sungguh, aku tak mengerti jalan fikiranmu." Ujarnya. Kini, Lea sedang sibuk dengan ponselnya.

"Hidupku akan berjalan dengan sempurna jika Harry tidak hadir didalam hidupku dan menjadi kakakku." Kataku sarkatis. Lea segera mengangkat kepalanya kearahku.

"Sampai saat ini aku tak tahu apa alasanmu sangat membenci Harry. Harry saudaramu dan dia menyayangimu, Syd."

"Memang. Dia memang menyayangiku. Tapi sangat disayangkan karena aku begitu membencinya." Lea memicingkan matanya mendengar penuturanku.

"Berikan aku sebuah alasan mengapa kau membencinya."

"Terlalu banyak alasan untuk kukatakan satu persatu. Tapi, aku membencinya sejak Harry mulai tenggelam dengan dunia barunya." Aku menerawang kedepan. Apapun yang terjadi, aku masih tidak percaya jika Harry benar-benar saudaraku.

"Bagaimana jika suatu saat Harry berubah?"

"Bajingan itu tidak akan pernah berubah, Lea. Tidak akan pernah."

Aku memejamkan mataku dengan berat. Aku tidak bisa menerima kenyataan jika Harry adalah saudaraku.

Namaku Sydney Seventeen Styles. Terdengar aneh memang karena nama tengahku adalah Seventeen. Aku bahkan tidak tahu mengapa Ayahku memberi nama Seventeen sebagai nama tengahku.

Usiaku enam belas tahun dan tahun ini aku akan berusia tujuh belas tahun.

aku adik dari seorang bajingan besar, Harry Styles.
Siapa yang tidak mengenal seorang Sydney. Semua orang mengenalku karena keburukkan Harry.

Seorang bajingan besar, pembuat masalah, memiliki banyak musuh dan juga pencandu narkoba.
Karena semua itulah nama baikku tercoreng karena mereka mengenalku melalui Harry dan mereka juga memvonisku jika aku juga seorang bajingan seperti Harry.

Aku dan Harry hanya terpaut usia 2 tahun. Dan, aku hanya tinggal berdua bersama Harry.
Ayahku sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Dan ibuku? Wanita durja itu pergi bersama kekasihnya tanpa memperdulikan aku dan Harry.

Sepanjang hidupku bersama Harry, Harry tidak pernah marah padaku. Dia tidak pernah berteriak ketika berbicara padaku. Dia tidak pernah mengumpatku ataupun membenciku.
Harry selalu tersenyum untukku,  selalu memberikan semuanya yang kuinginkan, selalu memberikan kasih sayang untukku.

Harry, menganggapku sangat berarti untuknya.
Tapi bagiku, Harry tak lebih dari sebuah mimpi buruk.

"Ah, Hujan." Keluh Lea menyadarkanku.

Aku mengalihkan perhatianku kearah jendela kamar Lea. Benar saja, diluar sedang hujan dan aku tidak bisa pulang.

"Menginap dirumahku saja jika hujan tetap tidak berhenti. Lagipula, James tidak pulang malam ini. Dia sedang mengikuti perkemahan di kampusnya." Ajak Lea. James adalah saudara laki-laki Lea dan kebetulan hari ini James tidak sedang dirumah. Aku terdiam, menimang-nimangnya.

"Kita bisa terjaga semalaman. Menonton koleksi film romantis terbaru milikku, bagaimana?"

"Lea, aku harus--"

Angel Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang