{Chapter 34} Irreplaceable

815 118 23
                                    

"Sydney membuatku khawatir. Sejak kemarin dia tidak memakan makanannya. Aku dapat mendengarnya menangis semalaman dan itu benar-benar membuatku sedih." Aku terbangun ketika mendengar suara itu dari luar kamar. Wanita sialan itu sedang berbicara dengan seseorang.

"Dimana dia? Apakah Sydney melakukan hal-hal yang merugikan dirinya? "

"Dia tidur di kamar Harry. Aku bersyukur Sydney tidak memiliki fikiran seperti itu tapi Dia hanya tidak mau makan. Aku benar-benar mengkhawatirkannya." Wanita itu terisak-isak.

"Bisakah aku menemuinya? "

"Tentu. Katakan padanya jika aku mengkhawatirkannya."

Aku bangkit dari tidurku, duduk bersandar pada dinding. Mataku tertuju pada foto-foto Harry yang tertempel disana. Jelas sekali jika aku sangat merindukan Harry. Aku tidak pernah membayangkan jika aku akan kehilangannya seperti ini.

Tuhan, tolong kembalikan Harry padaku.

"Sydney?" Kepala Zayn terlihat dibalik pintu. Kukira ia sudah pulang ke Pakistan.

Aku hanya tersenyum. Kubiarkan ia masuk dan mengambil tempat disampingku. Zayn mengusap kepalaku dengan penuh perhatian.

"Kami mengkhawatirkanmu."

Kuangkat kepalaku sehingga mataku dan matanya bertemu, ada bendungan airmata yang sudah tidak dapat kutahan lebih lama lagi. Aku rapuh tanpa Harry. "Aku ingin dia kembali. Aku tidak bisa hidup tanpanya."

Zayn memilih untuk memelukku daripada menjawab ucapanku. Aku tahu jika Zayn sangat mengerti dengan keadaanku.

"Kita semua juga merindukannya, Sydney. Tapi kau harus tetap hidup untuk Harry. Dia tidak ingin melihatmu seperti ini. Begitupula kami."

"Hidupku sudah selesai."

"Tidak. Hidupmu masih sangat panjang. Harry masih ingin kau bahagia. kau kesayangannya, Syd. Jangan kecewakan Harry."

Aku hanya diam. Mereka tidak tahu jika kehilangan Harry adalah salah satu pukulan terbesarku. Harry mati karena aku.

"Aku datang bersama seseorang."

"Siapa? Apakah itu Louis?"

Zayn menggelengkan kepalanya, dan saat itulah muncul seorang wanita yang sangat kukenal. Aleyshaa!
Melihat kedatangan itu tiba-tiba membuatku menangis.

Harry mencintai Aleyshaa, begitupula sebaliknya.

"Hi, Syd. Apa kabarmu?" Aley memberikanku karangan bunga yang indah. Hanya saja airmata sialan ini tidak berhenti mengalir sehingga membuat Aleyshaa juga menangis.

"Maafkan aku." Aley menangkupkan kedua tangannya didepanku, aku menggeleng tidak mengerti.

"Maafkan aku yang baru mengunjungimu sekarang. Aku tidak memiliki kekuatan untuk bertemu denganmu. Kehilangan Harry membuatku kehilangan sebagian dari hidupku."

"Harry mencintaimu, Aley. Maafkan Harry jika ia tidak mengatakan padamu saat ia masih hidup, tapi ia mencintaimu."

Aley menundukan kepalanya, airmata sudah membentuk sebuah sungai kecil di pipi merahnya itu. "Aku yang seharusnya meminta maaf padamu. Maaf karena aku merebut Harry darimu, membuatnya terpaksa harus membagi waktunya untukmu dan untukku."

Mataku menjelajahi kamar Harry. Dulu, aku bersumpah sangat tidak ingin memasuki kamar ini. Kamar sialan yang memuakan. Tapi sekarang, aku bahkan tidak ingin pergi dari kamar ini. Membiarkan sisa-sisa aroma kehidupan Harry memenuhi rongga dadaku.

"Dia sudah mengatakannya padaku. Jauh sebelum kau mengikuti audisi pertamamu. Harry mengatakan jika ia mencintaiku tapi ia tidak bisa menjadi kekasihku. Kau adalah prioritasnya dan ia tidak ingin membagi kasih sayangnya untukmu. Harry mengatakan jika dia akan menyakitiku jika aku menjadi kekasihnya .... Karena waktunya, hidupnya adalah sepenuhnya untukmu."

Angel Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang